Selamat Datang di Dunia Neurovaskular & Neurointervensi

idik

idik

Wednesday 27 July 2011

SAAT PREVENSI DENGAN INTERVENSI MEMANG DIPERLUKAN

Melakukan penatalaksanaan stroke ternyata memerlukan bukan hanya pengetahuan yang cukup, namun juga teknologi kedokteran yang memadai. Neurologist yang bekerja di daerah perifer tentu memerlukan “energi ekstra” untuk mendapat diagnose yang tepat bagi pasien-pasiennya. Apalagi jika daerah bersangkutan tidak memiliki CT Scan sekalipun !!!.
Berikut adalah contoh kasus, dimana dengan CT Scan dan MRI-pun, dokter masih sering melewatkan tatalaksana seharusnya bagi pasien.
Seorang wanita, 75 tahun datang dengan keluhan kelemahan tubuh kiri. Dilakukan CT Scan kepala dengan hasil sebagai berikut :


CT Scan diatas menunjukkan adanya stroke pada teritori MCA kanan. Pasien di rawat dengan perawatan medicinal. Pasien membaik dan dipulangkan. Beberapa bulan kemudian pasien datang kembali dengan serangan berulang juga pada sisi kiri. Dilakukan MRI dengan hasil (DWI & FLAIR) sebagai berikut :




Pada gambaran DWI didapatkan gambaran stroke akute pada MCA kanan, namun juga didapatkan gambaran deep watershed infaction pada hemisfer kanan, yang artinya terjadi hipoperfusi, sangat mungkin berasal dari stenosis carotid kanan. Apabila dicermati lagi hasil CT scan pada serangan pertama, sebenarnya sudah ada gambaran deep watershed infarction, artinya saat itu stroke yang terjadi juga merupakan hemodynamic stroke dan hal ini di dapat terlihat pada MRI-FLAIR di atas. Pasien ini kembali dilakukan penatalaksanan medicinal, dan membaik.
Beberapa hari kemudian pasien mengalami gangguan keseimbangan, giddiness dan terjatuh. Akhirnya pasien datang ke sebuah rumah sakit dan dilakukan serebral DSA dengan hasil yang cukup mengejutkan, sebagai berikut :



Tampak terjadi stenosis pada subclavia kanan dengan vascularisasi arteri vertebralis kanan yang hipoplastik. Tampak pula stenosis carotid kanan yang hampir total (>95%), sedangkan carotid kiri juga mengalami stenosis berat. Namun yang lebih mengejutkan adalah gambaran DSA berikut :


Tampak stenosis pada ostium arteri vertebralis kiri sekitar 80%. Dan ini merupakan critical stenosis, mengingat arteri vertebralis inilah satu-satunya yang memberikan vaskularisasi untuk sirkulasi posterior, dimana P.Com bilateral juga tidak memberikan suplai optimal.
Akhirnya, dilakukan stenting pada arteri Carotis kanan dan arteri vertebralis kiri sebagai prevensi skunder. Hasilnya adalah sebagai berikut :



Direncanakan pula stenting pada arteri carotis kiri jika ada keluhan dikemudian hari. Stenting pada carotis kiri belum dilakukan saat ini dengan pertimbangan adanya suplai optimal dari kanan ke kiri melalui A.com pasca stenting.
Kasus ini kembali memberikan gambaran bahwa perawatan pasien stroke memerlukan pengetahuan yang cukup, terutama tentang neurovascular dan dinamikanya, lebih dari itu, juga memerlukan teknologi kedokteran yang memadai. Apabila pasien ini tetap dilakukan perawatan medicinal tanpa prevensi intervensi, dapat diramalkan akan mengalami stroke berat akibat penyumbatan arteri carotis interna kanan dan arteri vertebralis kiri dalam waktu yang tidak terlalu lama.

No comments:

Post a Comment