Selamat Datang di Dunia Neurovaskular & Neurointervensi

idik

idik

Sunday 5 January 2020

“Ada” yang dianggap “Tiada” dalam Neurologi

Seorang wanita, usia muda, mengeluh nyeri kepala kronis. Sudah berbagai modalitas terapi diberikan, sudah berbagai modalitas diagnostik dilakukan. Mulai neuroimejing (MRI, CT scan) dan neurovaskular imejing (MRA, CTA dan terakhir Cerebral DSA), semua dinyatakan normal. Dalam “kebingungan,” dokter mendiagnosa pasien menderita Idiopathic Intracranial Hypertension (IIH). Lalu pasien bertanya tentang penyebab nyeri kepalanya. Dokter menyebutnya “idiopatik”, tak diketahui. “Jadi IIH itu apa dok ?” tanya pasien, dokter menjawab “nyeri kepala, yang saya juga tidak tahu penyebabnya.”

Terminologi IIH yang dianggap idiophatic, dideskripsikan pertama kali sebelum Indonesia merdeka, 1937, oleh Dandy. Saat itu didapatkan sindroma klinis berupa nyeri kepala, pandangan kabur, peningkatan tekanan intrakranial, tanpa ditemukan adanya massa, karena itu sering juga disebut pseudotumor cerebri. Kemudian berubah menjadi Benign Intracranial Hypertension (BIH). Namun, IIH dan menjadi BIH ternyata tak selalu benign, karena gejala mata kabur kemudian dapat menjadi kebutaan yang sebenarnya.

Istilah Idiopathic atau cryptogenic adalah istilah ‘keren’ untuk ketidaktahuan. Sehingga muncullah istilah semacam IIH atau cryptogenic stroke. Idiopathic dalam kamus Oxford diartikan “relating to or denoting any disease or condition which arises spontaneously or for which the cause is unknown.” Sedangkan cryptogenic diartikan "(of a disease) of obscure or uncertain origin." Namun, saat ini tabir misteri IIH dan cryptogenic stroke, telah mulai terbuka. Saat gejala klinis ada, dan tak ada penyebabnya, itu karena kita belum tahu saja. Bukankah apa yang disebut “penemuan baru” hakekatnya bukanlah penemuan, karena ia sudah ada sejak lama, sudah diciptakan oleh Tuhan.

Khususnya tentang IIH/BIH, istilah ini diusulkan agar tidak dipakai lagi. Karena penyebabnya telah dapat diidentifikasi dengan jelas. Gejala klinis terjadi akibat  peningkatan tekanan vena serebral (cerebral venous hypertension-CVH), CVH pada gilirannya menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial. Dua penyebab CVH yang teridentifikasi adalah peningkatan tekanan intra abdominal akibat obesitas, dan adanya stenosis pada sinus venosus. Sehingga intervensi pada keduanya, dengan bariatric surgery dan penurunan berat badan pada kasus pertama, dan stenting sinus venosus pada kasus kedua, akan segera menghilangkan gejala klinisnya. Istilah IIH dan BIH, saat ini diusulkan agar digantikan dengan Chronic Intracranial Venous Hypertension Syndrome.” Hmmm….nama baru yang tak kalah panjang.

Friday 3 January 2020

Transvenous Embolization Indirect CCF

Awal tahun 2020, Jumat, 3 Januari, diawali dengan embolisasi indirect CCF transvenous. Embolisasi transvenous memerlukan konsiderasi anatomi. Dengan pemahaman anatomi yang baik, target embolisasi dapat dilakukan sensuai harapan.

Berikut beberapa gambar anatomi yang dapat dijadikan penuntun embolisasi transvenous.


Embolisasi transvenous pada CCF dilakukan dengan meletakkan satu diagnostik kateter di internal carotis ipsilateral, dimaksudkan untuk kontrol injeksi. Kateter melalui transvenous merupakan guiding catheter, keduanya seringkali cukup menggunakan Vert 5F kateter diagnostik. 

Microcatheter/microwire yang dipakai sesuai dengan embolisasi yang akan dikerjakan. Jika coiling, menggunakan device serupa dengen coiling aneurisma.















Dengan memahami koneksi dural branch ICA dan feeder dari external carotis, lokasi persis embolisasi bisa ditentukan dengan baik. Penggunaan Cathlab Biplane sangat membantu, namun jika pun tidak, bedanya hanya memerlukan waktu lebih lama.

Selamat mencoba....!