Selamat Datang di Dunia Neurovaskular & Neurointervensi

idik

idik

Sunday 31 December 2023

Mentari Neurologi, 2024

Masa lalu mungkin romantika atau kesedihan

Masa depan mungkin harapan atau kecemasan

 

Kesedihan dan kecemasan, 

Menjadi fondasi kebahagiaan

 

Tak layak sebongkah kesedihan, 

Menutup ribuan anugerah kenikmatan


Nikmat hangat mentari pagi,

Merasuk asa,

Setelah dingin malam menusuk rasa

 

Gelegar halilintar mengingatkan, 

Agar tak tersambar petir di ketinggian


Sambut Mentari Neurologi

2024 cerahlah bersinar 

 


Sunday 26 November 2023

Stroke: membuka yang lama terbuntu, mungkinkah?

Saat pasien stroke infark hiperakut datang, neurolog merapal mantra. Hanya satu mantra saja, "open the clot!". Membuka yang baru saja terbuntu, dengan chemical (IV rTPA) maupun dengan mechanical (EVT). Hasilnya signifikan, dengan Number Needed to Treat (NNT) 4-5, jika IVT dilakukan dalam 90 menit, dan NNT 2.6, jika EVT dilakukan dalam 6 jam. Angka disabilitas dan mortalitas stroke turun drastis di beberapa negara yang memiliki pelayanan stroke mapan.

Bagaimana dengan pembuntuan pembuluh darah yang lama terjadi? dalam praktis klinis ini dikenal sebagai chronic total occlusion (CTO). Saat fellowship di India 12 tahun yang lalu, kita melihat bagaimana near total occlusion di segmen cervical carotis masih mungkin di buka apabila ada aliran ke intracranial walau selembut rambut, asalkan microwire masih bisa naik dan melewati vessel, balon dan stent bisa dikembangkan. Untuk CTO pada stroke, tidak terbayangan untuk membukanya kembali, karena kawatir akan terjadinya diseksi, dan cardiolog telah melakukan prosedur CTO ini sudah cukup lama.

Tahun 2020, kita terkesima saat studi di Beijing menunjukkan bahwa arteri vertebralis yang lama terbuntu feasible dan safe untuk dibuka, asal masih ada flow dari arteri vertebralis kontralateral (Gao F et.al, 2020). Pada Juni 2023 ini, kita kembali mendapatkan bukti meyakinkan dari meta analisis, bahwa membuka chonic cervical carotid occlusion memiliki angka kesuksesan cukup tinggi (74%), dengan angka komplikasi periprosedural hanya sebesar 2% (Ortega-Gutierrez S, 2023). 

Bagaimana tahun 2024? tentunya akan makin banyak evidence dan guideline baru yang hangat untuk didiskusikan. Pertemuan Ilmiah Nasional PERDOSNI dalam rumpun Neurovaskuler pada 30 Mei - 2 Juni 2024 akan diselenggarakan di Surabaya. Siapa tahu sudah ada kasus CTO yang bisa dipresentasikan dari Indonesia, karena biasanya, untuk kasus unik, "Practice precede the development of the guideline."  

Sunday 12 November 2023

Cara Murah dan Sehat untuk Mencegah Stroke


Anak Buah Kapal Ronda Di Tepi Galangan


Aktif bergerak

Berat badan ideal

Kolesterol sesuai target

Rokok hentikan

Diet seimbang

Tekanan darah normal/teregulasi

Gula darah normal/teregulasi


Wednesday 1 November 2023

Stroke, Mikro-aneurisma dan Tanam Paksa


Indonesia, tahun 1860, buah kopi memerah di pucuk-pucuk pohonnya. Pada tahun ini pula, novel Max Havelaar diterbitkan, menceritakan Lelang Kopi Perusahaan di Hindia Belanda. Penulisnya adalah Douwes Dekker, nama pena-nya Multatuli. Novel ini ditulis dalam waktu sebulan, di sebuah losmen di Belgia. Novel ini meledak, novel yang meceritakan bagaimana tanam paksa membuat rakyat Lebak, Banten, mengalami penderitaan.


Disekitar tahun yang sama, 1868, di Perancis, Charcot, seorang neurolog, bersama muridnya Bouchard, melakukan autopsi pada pasien dengan perdarahan spontan pada otak. Mereka menemukan bahwa perdarah disebabkan oleh gelembung kecil pada pembuluh darah yang memberikan vaskularisasi pada otak bagian dalam, kemudian dikenal dengan micro-aneurysma Charcot-Bouchard. Aneurisma dari cabang kecil pembuluh darah ini di deskripsikan melalui gambar, mirip biji kopi merah yang tumbuh di Lebak, Banten. 


Hari ini, 1 November 2023, di tengah panas kota Surabaya, gambaran aneurysma Charcot-Bouchard itu teridentifikasi dari 3D serebral angiografi di cathlab, pada pasien stroke perdarahan subcortical. 


Sejarah mengungkapkan, betapa rakyat Indonesia tertinggal jauh dalam pendidikan dan ilmu pengetahuan akibat penjajahan.  


Tanam paksa di masa Belanda, kerja paksa (romusha) di masa Jepang, mengakibatkan melayangnya banyak nyawa. Namun, di masa kemerdekaan, banyaknya nyawa melayang bukan lagi karena penjajah, namun karena Stroke. Salah satu penyebab stroke adalah "biji kopi merah" di otak akibat hipertensi kronis. Stroke saat ini menjadi pembunuh pertama di Indonesia. Stroke menyebabkan kaum miskin menjadi makin miskin, membuat kaum kaya menjadi tak berdaya. Stroke sungguh adalah "penjajah" tak kasat mata, sekejam romusha dan tanam paksa. 

Sunday 22 October 2023

Pengampuan Stroke: Cahaya di Balik Mendung

Diawali dengan paparan mencengangkan, tentang sebuah Rumah Sakit (RS) di Vietnam yang telah melakukan tatalaksana stroke hiperakut, trombolisis (IVT) dan trombektomi (EVT), dengan jumlah masing-masing lebih dari 1000 prosedur per tahun. Sementara, komulatif masing-masing prosedur tersebut di RS seluruh Jawa Timur, tidak melebihi 100 prosedur. Satu RS dibanding seluruh RS dalam satu provinsi. Maka berkunjunglah ke RS Vietnam, namanya People’s Hospital 115. Bangunan fisik, jumlah tempat tidur, fasilitas dan sumber daya manusia tidak banyak berbeda dengan Indonesia. Adakah yang salah dengan tatalaksana stroke di Indonesia? Pertanyaan besar ini menggelanyut di otak para peserta.

Tiga hari ini, 20-22 Oktober 2023, panas yang melanda Surabaya, tidak melemahkan semangat para partisipan. Mereka adalan dokter spesialis Neurologi, Bedah Saraf, Radiologi, Dokter IGD dan perawat dari 20 Rumah Sakit di Jawa Timur. Kegiatan ini merupakan implementasi program Kemenkes, RS Pusat Otak Nasional dan RSUD Dr. Soetomo Surabaya sebagai penyelenggara regional. 

Stroke yang merupakan penyebab kematian pertama di Indonesia dan sudah cukup lama terbengkalai. Masih adakah cahaya di balik menggulungnya awan? masih ada angin segar di balik tingginya gelombang?

Setahun terakhir berjalan cepat, program digulirkan. Klaim terpisah obat trombolisis (alteplase) di luar paket InaCBG diwujudkan. Stratifikasi RS menjadi dasar, madya dan utama menjadi titik tolak evaluasi. Target agar 20 RS peserta melakukan IVT setelah program ini berlangsung, ternyata cukup melegakan, dimana 50% RS telah melakukan IVT. Walaupun jumlah IVT masih sedikit, pertemuan 3 hari ini telah menjadi tempat bertukar informasi dan menambal semangat yang luntur termakan usia. 

Jika program pengampuan stroke ini berlangsung sukses, dalam beberapa waktu kedepan, hasil bisa disaksikan bersama. Program penambahan fasilitas (CT scan, Cathlab), pemberian beasiswa fellowship dan peningkatan klaim layanan, merupakan bentuk nyata bahwa pemerintah cukup serius untuk menurunkan angka kematian akibat stroke yang menduduki peringkat pertama Nasional. 

Dibanding Vietnam, Indonesia terlambat menyadari betapa besar beban stroke terhadap sumberdaya manusia dan ekonomi. Berapa banyak anak putus sekolah dan berapa banyak keluarga terlantar karena stroke. Masyarakat miskin, menjadi semakin miskin karena stroke. Masyarakat kaya, menjadi tak berdaya karena stroke. 

Menjadi Stroke Hero di tempat kita masing-masing bekerja, pasti akan memberikan dampak dan manfaat, apapun bentuknya. "Yesterday I was clever, so I wanted to change the world. Today I am wise, so I am changing myself (Jalaluddin Rumi)."

Wednesday 11 October 2023

Nevi Dalam Tarian Sufi


Siapa menginginkan rembulan,
jangan menghindari gelap malam

Siapa menginginkan bunga mawar,
jangan takut duri

Siapa mengejar cinta,
jangan melarikan diri 


Mengunjungi Konya, mengunjungi kota cinta. Satu setengah jam dari Istanbul dengan pesawat. Kota dengan aroma masa lalu, ibu kota kesultanan Seljuk abad ke-13. Kota yang tenang, tak ada hiruk pikuk, hanya aroma spiritualitas yang segar. Tempat Maulana Jalaluddin Rumi bersama para sahabat, guru dan murid-muridnya dimakamkan. Ada Syams Tabrizi, ada Al-Qunawi. Memang jasad sang sufi telah terkubur, namun tidak dengan karya-karyanya yang melegenda. Ada berbentuk prosa puitis atau prosa liris, namanya kitab Mastnawi. Ada esai-esai menyentuh kalbu, namanya Fihi ma Fihi. Ada banyak naskah lain. Semua terpelihara, terawat, telah diterjemahkan dalam berbagai bahasa utama dunia.


Konon, saat Rumi didera kesedihan, setelah ditinggalkan oleh gurunya, Syams Tabrizi, dia berjalan ke pasar, mengunjungi muridnya, seorang pandai besi, sholahuddin. Saat kesedihannya memuncak, dia mendengar dentingan yang mengalun dari si pandai besi, menciptakan sebuah nada. Tubuh Rumi bergerak, hatinya berdzikir dipenuhi rasa duka dan cinta.

 

The Sufi whirling dervishes demikian tarian sufi ini kemudian dikenal. Tangan kanan menengadah keatas,tangan kiri telungkup ke bawah. Tengadah tangan kanan menerima hidayah, cahaya dan ilmu Tuhan, memasukkannya dalam sanubari. Telungkup tangan kiri berarti membagikan dan menyebarkan kembali kepada semua makhluk . 

 

Gerakan berputar, melawan arah jarum jam, melawan arus, sebuah putaran bermakna spiritual. Putaran yang berbeda dengan putaran roda dunia, melawan putaran nafsu aktivitas manusia, menyelisihi putaran pencari kenikmatan semata, bukan putaran runitas yang fana.  Putaran ini seperti putaran baut yang melepaskan diri dari mur. Putaran ini putaran kerinduan pada Tuhan, melepaskan diri dari cinta akan kebendaan. 

 

Penutup kepala yang tinggi menggambarkan batu nisan, menyadarkan manusia, kehidupan akan berakhir di sana.

 

Nevi mendapat dan menerima ilmu. Bukan untuk berhenti pada diri sendiri, kemudian mendekapnya. Namun menyebarkannya, memberikan manfaat pada sesama. 

 

Nevi berpikir dan bertindak melawan arus, berpikir alternatif, berpikir solutif.

 

Nevi bekerja tidak untuk hari ini, menanam benih kebaikan, untuk di panen pada kehidupan di akhir nanti.

Wednesday 20 September 2023

Pulang


Di tengah penat hati

Kala lelah nurani

Hanya pulang

Obat hati yang gersang

 

Tatkala ada Ayah Bunda

Pulang dalam dekapnya

Menyirna gulana

 

Dunia tempat suka, menguntai tawa

Tempat pula penuh menghiba

Yang mengira baka, sungguh ia fana

 

Pencipta memanggil lembut

Ada insan enggan menyambut 

Pada hati gabut berkabut

 

Ada yang bahagia menunggu,

Yang merindu-Nya

Yang selalu memanggil-Nya,

Panggilan di pagi buta,

Wahai Yang Menghilangkan segala derita

Wahai Yang Menyelamatkan yang binasa

Engkaulah sebenar tujuan

Engkaulah sebenar sandaran

Thursday 31 August 2023

Neurovaskuler: Menyaksikan Tak Hanya Meyakini

Sebelum era vascular imaging, neurolog memberikan terapi pada pasien stroke, sebagian besar hanya berdasarkan guideline yang ada dan keyakinan saja. Sifat dari guideline adalah panduan umum. Tidak berlaku untuk semua pasien. Disclaimer ini ada dan bisa di baca pada setiap guideline itu sendiri.

 

Neurolog memberikan terapi nimodipin pada SAH, hanya berdasar keyakinan adanya potensi terjadinya vasospasme, padahal mereka tidak melihat ada atau tidaknya vasospasme. Ada banyak pasien SAH tidak mengalami vasospasme saat dilakukan serebral angiografi (DSA), apalagi jika tipe SAH hanya sulcal dan perimesenchephalic. Neurolog menduga terjadi oklusi pada pembuluh darah kecil hanya karena nilai NIHSS yang rendah, padahal saat dilakukan DSA, oklusi terjadi pada pembuluh darah besar dan berpotensi makin memburuk dalam beberapa jam kedepan. Adanya kolateral yang bagus, memungkinkan pasien tersebut memiliki gejala klinis minimal. Pada saat didapatkan pasien kejang dengan gambaran CT-CTA/MRI-MRA tampak adanya malformasi arterivena. DSA menunjukkan dengan detail kelainan pembuluh darah sesungguhnya apakah AVM, Dural Fistula ataukan Proliferative Angiopathy, dan ini berpengaruh pada strategi terapi.

 

Maka, seorang Neurolog dalam melakukan tatalaksana pasien seharusnya tidak hanya meyakini, namun menyaksikan. Menyaksikan berarti melakukan diagnosa secara presisi dan melakukan tatalaksana secara tepat. 

 

Ada banyak pertanyaan yang muncul saat menyaksikan imejing vaskuler secara langsung. Apakah pasien dengan infark pada subcortical akibat oklusi perforator masih harus mengikuti guideline yang menyatakan bahwa tekanan darah sistolik diturunkan pada stroke infark jika >220 mmhg? Bukankan ini hanya bermanfaat untuk oklusi pada pembuluh darah besar atau pial vessel yang memerlukan aliran darah yang lebih panjang melalui kolateral? Bukankan penyebab oklusi perforator akibat tekanan darah, dan akan berisiko stroke ulang jika target tekanan darah terlalu tinggi? 

 

Pertanyaan yang lain misalnya, apakah tekanan darah pada SAH akibat aneurisma dipertahankan pada 140-160 mmhg? suatu target tekanan darah yang dimaksudkan agar aneurisma tidak ruptur lagi, tapi dengan mempertahankan perfusi serebral tetap adekuat jika ada vasospasme. Apakah mungkin tekanan darah diregulasi lebih rendah saat menemukan morfologi aneurisma rentan mengalami ruptur, sedang DSA tidak di dapatkan vasospasme. Dokter yang menyaksikan, akan konfiden memberikan advis terapi. Menyaksikan sungguh berbeda dengan hanya meyakini. 

 

Maka, inilah yang dimaksudkan dalam kuplet syair lagu Derap Neurointervensi;

 

Menyaksikan Tak Hanya Meyakini

Berpijak Ilmu Menjadi Ahli

Mulya Kala Khidmah Sepenuh Hati

Jadi Cahaya Negeri

Neurointervensi dan Buih Lautan

"Neurolog yang menjadi Nevi seperti menghampiri laut. Jangan puas hanya mendapat sebotol air. Ada mutiara dan ribuan benda berharga belum terjamah. Atribut Nevi adalah buih lautan. Jangan terkecoh buih indah yang digerakkan ombak. Teruslah menyelam, dan temukan hakekat keindahan sesungguhnya."

Saturday 26 August 2023

Gili Nanggu

Serpihan Surga

Angin lirih semilir
Dzikir pasir berdesir
Biru teduh menghempas
Dari orkestra serpihan surga

Bisik sunyi ikan dan karang
Tepian pantai batasan laut
Rasai saja, nikmati saja
Indahnya Gili tiada terperi....

Wednesday 23 August 2023

Saya Hanyalah, Bukan Saya adalah Nevi



Saat memasuki cathlab. Pasien terbaring, prosedur siap dilakukan. Seorang Nevi sering menyangka prosedur akan berlangsung cepat. Ah, hanya diagnostik saja, hanya simple aneurisma saja, hanya single nidus BAVM saja....... Namun, beberapa kali terjadi, prosedur menjadi panjang, baik karena sulitnya anatomi maupun karena komplikasi prosedur. Apa yang tampak mudah menjadi kompleks. Pada sisi lain, ada banyak prosedur yang tampak sulit dan butuh waktu panjang, berlangsung lancar. 

 

Ternyata, bahkan Nevi dengan jam terbang tinggi, akan mengalami hal tersebut. Artinya seorang Nevi hanyalah seorang yang menjalankan prosedur berdasarkan keilmuan, sedangkan hasil akhir prosedur di luar kuasanya sendiri. Pernyataan "Saya hanyalah Nevi" akan membuat rendah hati dan berhati-hati. Hal tersebut akan membuat Nevi selalu berdoa, bukan hanya pada setiap awal prosedur, bahkan pada setiap injeksi kontras yang dilakukan. Tetapi, saat Nevi mulai menyatakan diri bahwa "Saya adalah Nevi," "Kesuksesan prosedur adalah karena saya," maka dari sanalah problem bermula. Problem yang berkaitan dengan prosedur, maupun problem yang berkaitan dengan interaksi sosial. 

 

Ada seorang Nevi yang sangat menikmati setiap injeksi kontras di cathlab. Setiap injeksi yang dia lakukan, disertai dengan doa dan dzikir. Doa, yang dimana biji tasbih tak perlu diputar. Doa, yang dimana sajadah tak perlu dibentangkan. Doa melambangkan kelemahan dan kekurangan seorang Nevi. Harapannya, prosedur lancar tanpa komplikasi. Atau, jikapun ada komplikasi, merupakan komplikasi yang ringan dan reversibel. 

 

Seorang Nevi menggunakan apron saat prosedur, seperti seorang tentara yang menggunakan baju besi (armor). Baju besi seorang prajurit melindungi dari semua senjata musuh dihadapannya. Bagi seorang Nevi, apron juga merupakan "baju besi," yang melindunginya dari radiasi. Lebih dari itu, apron harus menyadarkan dirinya, ada yang lebih berbahaya dari radiasi, yaitu nafsunya sendiri. Nafsu yang menyebabkan dirinya membusungkan dada dan menyatakan "Saya adalah Nevi," yang meyakini "the success of the procedures are in my hand."

 

Maka, ada Doa yang selalu dipanjatkan oleh seorang Nevi. Kuplet Doa ini diambil dari kumpulan doa yang termasyhur bernama "The Great Armor" (Jausyan Kabir):

 

Wahai Yang segala sesuatu tunduk dalam keagungan-Nya,

Wahai Yang segala sesuatu pasrah dalam kekuasaan-Nya, 

Wahai Yang segala sesuatu takluk dalam keperkasaan-Nya, 

Wahai Yang segala sesuatu merendah dalam kehebatan-Nya, 

 

Wahai Yang semua langit tegak dengan perintah-Nya, 

Wahai Yang semua bumi terhampar dengan izin-Nya, 

Wahai Yang petir bertasbih dengan puji- pujian-Nya, 

Wahai Yang tidak menzalimi penghuni kerajaan-Nya 

 

Maha Suci Engkau wahai Yang tidak ada Tuhan selain Engkau, 

Berikanlah keamanan.....

Berikanlah keamanan.....

Bebaskan kami dari api neraka

Saturday 12 August 2023

Harga (Scientific Meeting) Neurologi

Agustus 2016, memasuki University Hospital Zurich, mengikuti worksop legendaris, the 24th Zurich Course Interventional Neuroradiology. Acara berlangsung 5 hari, registration fee 800 Euro. Acara bukan di hotel. Acara di Aula Rumah Sakit, makan siang setangkup sandwich dan sebungkus sayuran. Coffee break dengan kue kering dan buah apel/peer utuh. Peserta dari semua benua. Acara berlangsung menarik, interaktif dan inspiratif. Acara bebas dari bias sponsor. Fee registrasi yang mahal, tergantikan oleh konten ilmiah berkualitas. Course Director adalah mendiang Prof. Anton Valavanis. Semua mengatakan course ini excellent, tak ada seorangpun mengeluh soal fee registrasi. Sebagian besar ingin kembali datang Zurich course tahun berikutnya. Namun sayang, itu adalah Zurich Course terakhir.

 

Di Indonesia, acara ilmiah yang dianggap mahal, sering menjadi perbincangan anggota PERDOSNI. Mengapa mereka menganggap mahal fee registrasi? Apakah karena konten ilmiahnya kurang berkualitas, sehingga membayar mahal menjadi kerugian? Ataukah karena panitia terkesan terlalu banyak menghitung profit, sehingga fee registrasi dianggap kurang wajar? Atau seharusnya tempat cukup di universitas atau rumah sakit saja, lunch dan coffee break ala kadarnya, sehingga biaya bisa ditekan? Tentu saja, masukan anggota amat penting, perlu menjadi bahan evaluasi panitia.

 

PERDOSNI pasca PERDOSSI, setidaknya perlu membuat formula. Bagi kita yang sering menjadi panitia acara ilmiah akan mengerti. Bagi kita sering ikut acara ilmiah di luar negeri juga akan memahami. Membuat acara ilmiah berkualitas berbiaya murah, lebih mudah disampaikan daripada dikerjakan, tapi bukan berarti tidak mungkin.

 

Rasanya, perlu juga ada evaluasi diri untuk para peserta. Ada banyak peserta pertemuan ilmiah yang sangat tekun mengikuti sesi per sesi presentasi, namun sebagian peserta hanya mengikuti beberapa sesi acara saja, sisanya memiliki agenda pribadi. Apakah memang topik ilmiah tidak menarik dan hanya itu-itu saja, diulang-ulang, terutama sesi bersponsor? Ataukah pembicara dan pemateri yang dianggap kurang expert? Atau mereka tidak merasa rugi membayar mahal, karena tidak membayar sendiri? Di akhir acara, banyak yang berharap mendapat materi dari para pembicara, meskipun mungkin pada akhirnya dilupakan dan tidak terbaca. 

 

Seperti apa seharusnya acara ilmiah neurologi dilangsungkan? Acara ilmiah seperti apa yang dirasa paling memberi manfaat? Dari sisi manakah perubahan akan dimulai, penyelenggara atau peserta? Pada saat adanya perubahan "sosiopolitik," ada banyak ruang untuk berpendapat, termasuk pendapat tidak perlu lagi adanya kewajiban mengikuti kongres, mukernas atau PIN hanya untuk memenuhi SKP.  Silahkan berpendapat, siapa tahu akan menjadi masukan berharga untuk pengurus PERDOSNI baru yang akan dilantik 😆 😍.

Monday 31 July 2023

Kontemplasi: Merayakan Kongres

Setapak lagi, kongres PERDOSSI Semarang 2023 dimulai. Selanjutnya akan bernama PERDOSNI. Website sudah mendahului berganti nama. Saraf menjadi Neurologi. Lambang juga akan berganti. Konon, istilah Kelompok Studi (Pokdi) akan menjadi Kelompok Kerja (Pokja), dari sekedar study group menjadi working group. Dari kumpulan ilmuwan dan akademisi neurologi, menjadi kumpulan cendekiawan neurologi. Dari sekedar memberi manfaat pada organisasi menjadi pemberi manfaat untuk masyarakat luas.

 

Kogres adalah acara organisasi, forum kontemplasi nasional, tempat menata diri lebih baik. Pemilihan ketua, untuk kolegium dan perhimpunan, sekalipun tampak sebagai kompetisi, substansinya adalah kolaborasi. 

 

Kontemplasi maknanya merenung, berhenti sejenak, bertafakkur. Kontemplasi bisa dimulai dari perubahan angin 'sosiopolitik' nasional, bisa juga dari masukan dan keluhan anggota dari pelosok negeri. Perhimpunan adalah perekat, bukan penyekat. Perhimpunan untuk menyatukan, bukan memisahkan. Perhimpunan adalah tempat mewujudkan mimpi dan cita-cita mulya neurologi, bukan mimpi dan kemulyaan regional apalagi sektoral. 

 

Perdosni, Pokja dan istilah baru apapun yang akan muncul dalam kongres ini, harus menjadi lompatan dan ledakan besar, bukan sekedar pembagian jenang abang (bubur merah) karena berganti nama. Ledakan yang membangunkan, bukan menghancurkan. Ledakan yang mengingatkan, bukan melenakan. 

 

Kongres adalah potret neurologi. Adakah potret kita indah atu buram. Kongres boleh besar, boleh meriah. Apresiasi diberikan pada untaian keberhasilan. Tapi dalam kongrespun boleh ada kritik, ada saran, pemikiran tajam, dan sampai protes keras yang konstruktif. Mana yang lebih kita pilih, "Potret diri kita yang indah tapi menipu, ataukah hantaman keras tapi menyadarkan?"

 

Selamat berkongres, sampai jumpa di Semarang, insyaAllah.

(Perdossi Surabaya, 31 Juli 2023).

Monday 24 April 2023

Wahai Nevi: Pergilah, Temukan Dirimu Sendiri


Suatu waktu, seorang neurolog muda begitu terobsesi menjadi seorang neurointervensionis (Nevi). Hal ini muncul setelah ia menyaksikan seorang pakar, guru dari banyak Nevi di Indonesia. Dia terkesima dengan kasus-kasus yang dipresentasikan dan prosedur yang berhasil dikerjakan. Maka menjadi neurointervensi merupakan cita-cita hidupnya. 

 

Syahdan, tercapailah keinginannya, menjadi fellow dan menyelesaikan fellowship selama setahun. Jadilah dia seorang Nevi. Kemudian dia bekerja di suatu rumah sakit dan melakukan prosedur dengan kasus berlimpah. Dia mendapat banyak benefit dari prosedur-prosedurnya.  Prosedur dia lakukan siang-malam dengan kerja keras.  Kemudian para sejawat melihatnya sebagai seorang Nevi yang hebat. 

 

Sang Nevi merasa, apa yang telah diraihnya, yang tampak hebat dan keren, seperti biasa saja. Dulu, tatkala melihat Nevi dengan banyak prosedur, dia begitu terkesima dan kagum. Tatkala hal tersebut terjadi pada dirinya sendiri, sekali lagi, terasa biasa saja. 

 

Maka demikianlah kehidupan. Semua keinginan, cita-cita, harapan dan impian, tatkala sudah tercapai, yang dulu seolah hebat, menjadi biasa saja. Kemudian, muncullah keinginan-keinginan baru sebagai tujuan hidup. Dan demikianlah terjadi berulang-ulang.

 

Kehidupan yang seolah bertujuan, mengejar mimpi dan harapan, hakekatnya adalah kehidupan yang TIDAK bertujuan. Hal demikian, apabila tidak diberikan makna, adalah perputaran kehidupan yang hampa. Seperti matahari yang terbit pagi hari dan kemudian tenggelam sore hari, lalu esok pagi terbit lagi. Seperti manusia yang terlahir, dewasa, tua, meninggal, lalu muncul generasi manusia baru dengan putaran yang sama. 

 

Maka, bukankah sia-sia menjadikan Nevi sebagai tujuan. Apalagi menjadikan Nevi hanya SEKEDAR untuk menaikkan status sosial, sumber mata pencaharian, atau berbangga-bangga diri di media sosial. Betapa sepele, profan dan fana seorang Nevi. 

 

Seorang manusia dan jika ia seorang Nevi, perlu memiliki tujuan hakiki, bukan tujuan semu. Tujuan semu dapat dilihat dari narasi diatas, yakni tatkala tujuan yang dianggap besar, saat tercapai menjadi seolah biasa saja. Jika Nevi adalah tujuan utama, lalu kemana para pakar Nevi sebelumnya? Kemanakah Lasjaunias, kemanakah Luc Picard atau kemanakah Valavanis setelah memasuki masa pensiun? Anda bisa berkata, bukankah mereka tercatat dalam tinta sejarah? Jika tinta sejarah adalah tujuan? Sampai kapankah ia bertahan?

 

Maka cobalah pergi. Pergilah kemanapun. Pergilah dari kehidupan keseharianmu yang seolah-olah itulah dirimu. Pergilah dari rumah manusia-mu. Pergilah ketempat asing tatkala orang melihatmu sebagai manusia saja. Di Kota-mu, engkau mungkin adalah dokter, engkau adalah supervisor hebat, engkau adalah Nevi. Gelar dan status sosialmu telah membatasi dirimu sendiri. Engkau mungkin marah tatkala ada seorang satpam, cleaning service atau perawat di rumah sakit tidak memberikan penghormatan yang kau anggap "selayaknya." Padahal mereka memperlakukanmu sebagaimana mereka memperlakukan manusia lain. Pergilah ketempat jauh, yang engkau bisa menanggalkan "pakaian" ke-Akuan-mu, pergi dari rumah manusia-mu, menuju rumah Tuhan. 


Tatkala berada di rumah Tuhan, engkau menjadi orang asing, tak seorangpun mengenalimu, maka nilai dirimu hanya antara engkau dan Tuhan. Kala dirimu menjadi asing, tak ada yang mengenalmu, tak ada yang membutuhkanmu, tak akan ada yang menyanjungmu. Hanya ada satu tujuan-mu, kasih sayang Tuhan. Adakah hidup sepanjang usia-mu kini menjadikanmu berhak dan pantas mendapat kasih-sayang Tuhan, ataukah tujuan hidup hanya untuk membesarkan egomu, memuaskan nafsumu, meninggikan status sosialmu, yang tatkala engkau mati tak tersisa kecuali cerita dari keluarga dan teman-temanmu, dan selesailah sampai disitu?

 

Wahai para Nevi, pergilah dari rumah manusia-mu, ke rumah Tuhan yang abadi. Saat Tuhan menjadi tujuan, dirimu akan dipenuhi rasa malu. Malu saat merasa pintar, merasa besar, merasa memiliki kedudukan. Karena kau menyadari sepenuhnya,  itu hanyalah "pakaian," yang tatkala tanggal, maka tiadalah semua, yang tampak hanya wajah manusia-mu sebenarnya, adakah wajah yang bercahaya atau wajah yang bermuram durja.


Menjadi Nevi bukan tujuan, menjadi Nevi adalah wasilah (sarana) untuk menggapai tujuan utama yang abadi.

Monday 20 February 2023

Sunyi Kala Prosedur

Para fellow alumni Delhi, kala mengikuti prosedur neurointervensi tentu akan mengingat momen, tatkala prosedur dimulai, disitulah datang sepi.

Tak ada kata yang terucap, tak ada bunyi yang terdengar kecuali bunyi detik mesin anastesi. Operator mulai bekerja, asisten mengikuti bahasa tanpa kata. Sesekali terdengar bunyi sobekan kemasan saat device di buka. Tak ada sapa, tak ada suara, tak ada kata terucap.

Saat tindakan intervensi hendak dimulai, lampu dimatikan dan gelap menghampiri, semua mata fokus pada monitor mesin angiografi. Perlahan tampak glue merayap senyap atau coil diinsersi.

Fellow yang baru tiba pasti bertanya- tanya. "Mengapa sepi? Mengapa gelap dan sunyi?". Tak ada yang bisa menjawab mengapa. Karena begitulah konon prosedur di Zurich dulu terlaksana.

Namun teman saya punya jawabannya, kata dia,"Dalam kota cinta, tiada guna bahasa, tak perlu kata-kata, karena keindahan cinta ada dalam diam dan rasa."❤

Thursday 12 January 2023

NEUROINTERVENTION
















At first, the goal is to climb and climb
It's not easy to step foot together
Steel determination for the motherland
Build neurointervention

The wind blows, and the waves crash
Even though it keeps coming
Do not erode the spirit of the country's children
Steadfast rise to filial piety

Witnessing is not just believing.
Based on knowledge to become an expert
Noble, when devoted wholeheartedly
Be the light of the land
Long live the neurointervention

Surabaya, Monday, July 27, 2020

Wednesday 4 January 2023

Sebening Ibu