Agustus 2016, memasuki University Hospital Zurich, mengikuti worksop legendaris, the 24th Zurich Course Interventional Neuroradiology. Acara berlangsung 5 hari, registration fee 800 Euro. Acara bukan di hotel. Acara di Aula Rumah Sakit, makan siang setangkup sandwich dan sebungkus sayuran. Coffee break dengan kue kering dan buah apel/peer utuh. Peserta dari semua benua. Acara berlangsung menarik, interaktif dan inspiratif. Acara bebas dari bias sponsor. Fee registrasi yang mahal, tergantikan oleh konten ilmiah berkualitas. Course Director adalah mendiang Prof. Anton Valavanis. Semua mengatakan course ini excellent, tak ada seorangpun mengeluh soal fee registrasi. Sebagian besar ingin kembali datang Zurich course tahun berikutnya. Namun sayang, itu adalah Zurich Course terakhir.
Di Indonesia, acara ilmiah yang dianggap mahal, sering menjadi perbincangan anggota PERDOSNI. Mengapa mereka menganggap mahal fee registrasi? Apakah karena konten ilmiahnya kurang berkualitas, sehingga membayar mahal menjadi kerugian? Ataukah karena panitia terkesan terlalu banyak menghitung profit, sehingga fee registrasi dianggap kurang wajar? Atau seharusnya tempat cukup di universitas atau rumah sakit saja, lunch dan coffee break ala kadarnya, sehingga biaya bisa ditekan? Tentu saja, masukan anggota amat penting, perlu menjadi bahan evaluasi panitia.
PERDOSNI pasca PERDOSSI, setidaknya perlu membuat formula. Bagi kita yang sering menjadi panitia acara ilmiah akan mengerti. Bagi kita sering ikut acara ilmiah di luar negeri juga akan memahami. Membuat acara ilmiah berkualitas berbiaya murah, lebih mudah disampaikan daripada dikerjakan, tapi bukan berarti tidak mungkin.
Rasanya, perlu juga ada evaluasi diri untuk para peserta. Ada banyak peserta pertemuan ilmiah yang sangat tekun mengikuti sesi per sesi presentasi, namun sebagian peserta hanya mengikuti beberapa sesi acara saja, sisanya memiliki agenda pribadi. Apakah memang topik ilmiah tidak menarik dan hanya itu-itu saja, diulang-ulang, terutama sesi bersponsor? Ataukah pembicara dan pemateri yang dianggap kurang expert? Atau mereka tidak merasa rugi membayar mahal, karena tidak membayar sendiri? Di akhir acara, banyak yang berharap mendapat materi dari para pembicara, meskipun mungkin pada akhirnya dilupakan dan tidak terbaca.
Seperti apa seharusnya acara ilmiah neurologi dilangsungkan? Acara ilmiah seperti apa yang dirasa paling memberi manfaat? Dari sisi manakah perubahan akan dimulai, penyelenggara atau peserta? Pada saat adanya perubahan "sosiopolitik," ada banyak ruang untuk berpendapat, termasuk pendapat tidak perlu lagi adanya kewajiban mengikuti kongres, mukernas atau PIN hanya untuk memenuhi SKP. Silahkan berpendapat, siapa tahu akan menjadi masukan berharga untuk pengurus PERDOSNI baru yang akan dilantik 😆 😍.
No comments:
Post a Comment