Selamat Datang di Dunia Neurovaskular & Neurointervensi

idik

idik

Thursday 21 March 2019

Mata Air Neurointervensi...

Malam itu, gala dinner the 14th Delhi course 2019. Ada yang berbeda dari gala dinner tahun-tahun sebelumnya. Madam Zehra, seseorang yang termasuk generasi awal neurosurgeon wanita, membuka acara, mengundang Prof. Shakir menyampaikan misi perjalanan SNIF, dimana beliau adalah aktor utamanya. Yang sangat patut di catat dari apa yang disampaikan adalah, bahwa neurointervensi harus dikembangkan dengan membebaskan diri dari segala intervensi "company" (baca kompeni 😁), mengikuti jalan para founding father Neurointervensi, Prof. Lasjaunias dan Prof. Valavanis.

Malam itu, apresiasi tinggi diberikan kepada George Rodesch, past president WFITN, successor Prof. Lasjaunias, dan seorang guru yang sangat kompeten. Lecture yang disampaikannya begitu indah, menarik, dan seolah mengikuti kisah panjang yang mengasyikkan. Sudah beberapa kali tercatat beliau hadir di Delhi, dan ini yang ketiga. Pencapaiannya di bidang akademis di ceritakan oleh Prof. Michihiro Tanaka, current general secretary WFITN. 

Bagi masyarakat Rajastan, memberikan penghargaan pada seseorang yang sangat dihormati adalah dengan memberikan tutup kepala merah, semacam mahkota para raja di sana. Malam itu, beliau mendapatkannya. Prof. Shakir yang memakaikannya.

Saat sambutan, Rodesch menyampaikan, bahwa beliau sangat terharu, karena apa yang diceritakan dan pujian tentang beliau lebih banyak bohong-nya, .....dan tawa hadirin-pun menggema.... Sungguh suatu sikap rendah hati yang patut diteladani. Lebih lanjut,  beliau menyampaikan, apa yang dicapai hanya karena beliau beruntung dikelilingi orang-orang hebat yang mendukung dan memberikan apresiasi padanya. Bagi kami, adalah suatu kehormatan saat beliau menyampaikan sertifikat fellow bagi yang telah menyelesaikan program dan memberikan penghargaan pemenang poster.

Malam itu, kami menyadari, menjadi neurointervensionis tidak cukup hanya dengan melakukan banyak prosedur, banyak intervensi. Lebih dari itu, kami harus meneladani semangat mengajar para guru yang penuh energi, tak pernah terlihat lelah, dan lebih penting lagi adalah rasa rendah hati, tak merasa lebih tinggi dibanding yang lebih baru datang memasuki dunia neurointervensi. Mereka menyayangi para peserta dan menyayangi kami dengan sepenuh hati. 

Catatan Gala Dinner, the 14th Delhi Course 2019.

Sunday 10 March 2019

Aksi Neurologi, Tiada Henti…….

Maret 2019 ini, coba lihatlah laporan studi terbaru, namanya WEAVE trial, yang menghidupkan stenting intracranial yang sudah hampir mati. Ingatkah kita, kala itu, studi SAMMPRIS pada 2011 menyimpulkan bahwa intracranial stenting memiliki keluaran lebih buruk dibanding medikamentosa, dan sebaiknya tidak dikerjakan. Namun, SAMMPRIS rupanya bukanlah racun yang sungguh membunuh, ia adalah pupuk, yang menumbuhkan studi-studi berikutnya dengan desain yang lebih tajam. Belajar dari SAMMPRIS, tentang proper patients selection, dan experienced interventionalis, WEAVE studi membuktikan bahwa intracranial stenting kini hidup kembali dan memang layak dikerjakan.

Maret 2019 ini, ada juga kabar terbaru tentang Trombektomi. Sebelumnya, batas ASPECTS score 6 dipercaya merupakan titik potong, untuk baik atau tidaknya keluaran pasien yang dilakukan trombektomi. Kini, ASPECTS score 0-5, yang merupakan gambaran severe stroke secara imejing, ternyata, tak terbukti sebagai kontraindikasi. Trombectomi pada skor ini memberikan favorable outcome, functional independence maupun reduce mortality yang lebih baik.

Maret 2019 ini. Pemakaian dual antiplatelet kembali memberi bukti akan efek positif. Setelah CHANCE study, kini studi dari Jerman menunjukkan bahwa pemberian dual antiplatelet bermanfaat untuk progressive lacunar stroke. Mampu memperbaiki outcome secara signifikan. Bahkan, telah sejak lama, pada kasus intracranial stenosis selepas SAMMPRIS, dual antiplatelet telah banyak diberikan dalam praktek klinis.

Maret 2019 ini, setelah era trombektomi, pemberian intra arterial (IA) rTPA seolah ditinggalkan. Namun kini, mata kita mulai terbuka kembali. Pada banyak kasus yang gagal dengan trombektomi, IA rTPA dikombinasi dengan trombektomi, memiliki angka rekanalisasi lebih tinggi, memiliki jumlah pasien dengan autcome fungsional baik yang lebih tinggi. Meskipun tidak signifikan secara statistik. Ini mungkin akan serupa dengan trial lain, tinggal menunggu waktu mencapai nilai signifikan dengan memperbaiki seleksi pasien dan desain studi.

Akan ada banyak lagi studi, yang mungkin mencengangkan dunia neurologi. Sayangnya, kita neurolog Indonesia, dalam tataran akademis hanyalah penikmat perubahan saja. Jangankan menciptakan perubahan dengan membuat studi yang mampu bersuara, berusaha menerapkan studi yang sudah ada saja jatuh bangun setengan mati. Maunya berakrobat lepas, namun fasilitas dan kemampuan terbatas. Maka biarlah menjadi penikmat saja, menyenangkan pemain akrobat tingkat dunia. Bukankah mereka memang butuh ditonton aksinya dan perlu diberikan applause akan usahanya. Kalau bukan kita yang menonton, lalu siapa...

Saturday 9 March 2019

Lagi-Lagi Delhi...

Bukan...
Bukanlah Qutab Minar yang memanggilmu kembali....
Bukan pula Lotus Temple yang menarikmu datang lagi...

Bukankah kau pernah berkata ?
Sudah cukuplah mengunjungi India
Tak ada ruang dan waktu lagi untuk Delhi...
Sudah kenyang rasa, saat terakhir meninggalkannya..
Tak mungkin aku datang lagi,
Tak ada lagi yang perlu di gali,
Tak ada lagi yang perlu di kaji.....

Aku duduk terpaku di Hauz Rani....
Memandang lalu lalang manusia tak bertepi
Tak habis pikir mengapa disini lagi....
Sampai pikiran habispun...tetap juga tak mengerti

Maka, ...jika tetap saja tak mengerti....
Pertanda itu masih ada.....
Tahun depan kau pasti akan kembali lagi dan lagi....
Kau hanya akan berhenti ....
Sampai kau temukan jawaban atas tanyamu...
Sampai kau temukan jawaban atas heranmu...

Maka,....
Carilah sekarang jawaban itu....,
Carilah segera penangkalnya.....,
Atau....
Sihir dan Magis Delhi akan terus memanggilmu kembali...
Tanpa pernah berhenti.....:-)