Selamat Datang di Dunia Neurovaskular & Neurointervensi

idik

idik

Monday 30 September 2019

Neuro Zaman Now.......

Deru ambulan memecah riuhnya kota. Lalu lintasnya yang padat sedikit terbelah. Terlihat ambulan memasuki jalan sempit, kemudian keluar dengan seorang pasien didalamnya. Ambulan berjalan tak jauh, hanya beberapa ratus meter, lalu berhenti di stasiun pengisian bahan bakar. Ambulan tidak hendak mengisi bensin, namun memindahkan pasien menuju mobil yang lebih besar, mobil ini tak bisa memasuki gang sempit, tempat dimana pasien tinggal. Mobil ini bertuliskan Mobile Stroke Unit (MSU). Di depan MSU, tampak 4 orang siap menunggu, seorang dokter, perawat, radiografer dan seorang driver. CT scan kepala dilakukan dalam waktu singkat, hasilnya terkirim ke tiga tujuan, Emergency Room (ER) - Radiology, tim neurologi, dan tim neurointervensi. Evaluasi CT scan menyimpulkan tidak didapatkan perdarahan. Maka, IV rtPA segera diberikan.

MSU meluncur menuju ER. Begitu turun, persis diseberang pintu ER,  brankar di dorong ke sebuah ruangan, muncullah angka pada monitor, menunjukkan  berat badan pasien, selanjutnya pasien dipindahkan ke brankar yang telah lengkap dengan monitor vital sign, dan stopwatch. Kemudian stopwatch berukuran besar tersebut diaktifkan, evaluasi klinis dilakukan oleh Residen neurologi.

Dari ASPECS score pada CT scan dan gambaran klinis neurologis, dicurigai adanya large vessel occlusion (LVO), segera pasien didorong menuju ruangan radiologi, multiphase CT Angiografi dilakukan, butuh waktu hanya 10 menit. Maka, head dan neck vessel serta skor kolateral dapat dievaluasi. Pasien mengalami oklusi pada pangkal middle cerebral artery, dan terhitung memiliki skor kolateral 4. Pasien kemudian didorong menuju cathlab, karena indikasi kuat untuk dilakukan trombektomi. 

Karena pasien sadar dan kooperatif, tim Neurointervensi melakukan DSA dan trombektomi hanya dengan lokal anastesi. Clot dapat dikeluarkan dalam waktu 40 menit. Pasien membaik signifikan sejak turun dari meja cathlab. Kemudian pasien di transfer ke stroke unit untuk observasi. Hari kelima, pasien poliklinis dan tidak didapatkan defisit neurologis.

Narasi diatas bukan di Amerika atau Eropa. Ini terjadi di negara tetangga kita, di Siriraj Hospital Thailand. Padatnya kota Bangkok tidak menghalangi response time penanganan pasien stroke. MSU yang tersedia sejak Mei tahun lalu, ternyata meningkatkan jumlah pemberian IV rtPA dan jumlah trombektomi secara signifikan.

MSU hanya satu saja diantara sekian strategi untuk memangkas waktu. Lebih penting dari itu adalah kemauan sungguh-sungguh untuk membentuk sistem dan teamwork yang berkomitmen tinggi. Ujung tombak pelayanan sejak dari MSU sampai stroke unit adalah Residen. Konsultan memantau, mengevaluasi dan meyakinkan bahwa flow berjalan baik.

Adakah kita sudah melakukannya di senter kita masing-masing ? Sejatinya, kita sendiri sudah bisa menjawabnya, tidak perlu menunggu jawaban dari rumput tetangga yang sedang bergoyang. 
Bukankah  semua   bermula   dari   diri   kita   sendiri ,  seperti  kata Rumi, "Yesterday I was clever, I want to change the world. Today I am wise, so I want to change myself."

Tuesday 3 September 2019

History of Vessel : “Siapakah Saya ?”

Tak terasa, adik-adik saya sudah besar. Mereka telah mandiri. Mereka telah mampu memberikan manfaat pada lingkungan sekitarnya. Sebagai anak sulung, memang tugas saya sekedar mengantar mereka. Saat ini, saya mengawasi mereka dari jauh saja, dari dalam rumah yang nyaman dan dingin.

Semenjak mereka tumbuh besar, tidak banyak lagi orang yang mengenal saya, kecuali sedikit saja dari mereka. Biasanya mereka akan mengingat saya lagi, jika ada suatu masalah yang muncul. Masalah disekitar kamar, tempat saya tinggal. Maka, saat itu, nama saya akan disebut-sebut kembali. 

Tugas saya sekarang hanya merawat beberapa bagian kecil saja, tidak seperti sebelumnya, yang merawat hampir seisi rumah. Meskipun tugas itu kini tidak banyak, namun tugas ini rasanya cukup penting. 

Apabila ditanya apa peran penting saya saat ini, agak sulit menjawabnya. Namun, peran saya baru bisa dikenali apabila saya sudah tidak mampu bertugas. Bukankan ada ungkapan yang mengatakan, “menilai seseorang bermanfaat bagi sekitarnya atau tidak, lihatlah saat ia tiada. Jika semua orang mencari dan menyesali kepergiannya, dia adalah orang yang bermanfaat bagi lingkungannya. Jika tidak ada yang meributkan kepergian-nya, maka sesungguhnya dia selama ini ada, namun seolah tiada”

Jika saya meninggalkan tugas saya, maka seorang individu akan mengalami gejala kelumpuhan separo tubuh, gangguan lapang penglihatan, gangguan perasa. Pada beberapa kasus, akan muncul gejala gangguan kognitif, atau gejala “typical pure vascular parkinsonism.” Gejala parkinsonism yang sesungguhnya.

Saat saya tak mampu bertugas, masih ada yang akan berusaha mengambil peran saya, saudara kembar saya, yang berasal dari kamar belakang, menjulurkan tangan, berusaha membantu agar peran saya tidak hilang. Ukuran saya bisa pendek (short and dysplastic) atau panjang (long and hyperplastic).

Apabila bersama saya ada aneurisma, maka aneurisma ini umumnya kecil saja, sering tak tampak pada CT angiografi, namun jika pecah, gambaran perdarahan tampak diffuse pada CT scan. Kalau bersama saya ada AVM, maka lokasi AVM-nya dalam (deep), sulit dijangkau oleh tindakan bedah, dan seringkali berada disekitar ventrikel. Kalau saya bersama tumor, maka tumor itu adalah choroid papilloma, lebih jarang meningioma dan glioma.

Pernah satu ketika saya diabaikan. Pada seorang pasien dengan aneurisma pada P.com (posterior communicating artery). Aneurisma yang cukup besar ini menutupi tubuh saya yang mungil. Saat dokter bedah melakukan clipping pada aneurisma, saya ikut mati terjepit, uh…betapa sakitnya..! Maka, pasien yang mulanya tanpa defisit sebelum operasi, hanya nyeri kepala saja, sontak setelah operasi menjadi hemiplegi, hemianiopsia, dan hipestesia, ditambah gangguan kognitif signifikan.…….

Maka, please…., ingat-ingatlah, “Siapakah Saya…..?”