Deru ambulan memecah riuhnya kota. Lalu lintasnya yang padat sedikit terbelah. Terlihat ambulan memasuki jalan sempit, kemudian keluar dengan seorang pasien didalamnya. Ambulan berjalan tak jauh, hanya beberapa ratus meter, lalu berhenti di stasiun pengisian bahan bakar. Ambulan tidak hendak mengisi bensin, namun memindahkan pasien menuju mobil yang lebih besar, mobil ini tak bisa memasuki gang sempit, tempat dimana pasien tinggal. Mobil ini bertuliskan Mobile Stroke Unit (MSU). Di depan MSU, tampak 4 orang siap menunggu, seorang dokter, perawat, radiografer dan seorang driver. CT scan kepala dilakukan dalam waktu singkat, hasilnya terkirim ke tiga tujuan, Emergency Room (ER) - Radiology, tim neurologi, dan tim neurointervensi. Evaluasi CT scan menyimpulkan tidak didapatkan perdarahan. Maka, IV rtPA segera diberikan.
MSU meluncur menuju ER. Begitu turun, persis diseberang pintu ER, brankar di dorong ke sebuah ruangan, muncullah angka pada monitor, menunjukkan berat badan pasien, selanjutnya pasien dipindahkan ke brankar yang telah lengkap dengan monitor vital sign, dan stopwatch. Kemudian stopwatch berukuran besar tersebut diaktifkan, evaluasi klinis dilakukan oleh Residen neurologi.
Dari ASPECS score pada CT scan dan gambaran klinis neurologis, dicurigai adanya large vessel occlusion (LVO), segera pasien didorong menuju ruangan radiologi, multiphase CT Angiografi dilakukan, butuh waktu hanya 10 menit. Maka, head dan neck vessel serta skor kolateral dapat dievaluasi. Pasien mengalami oklusi pada pangkal middle cerebral artery, dan terhitung memiliki skor kolateral 4. Pasien kemudian didorong menuju cathlab, karena indikasi kuat untuk dilakukan trombektomi.
Karena pasien sadar dan kooperatif, tim Neurointervensi melakukan DSA dan trombektomi hanya dengan lokal anastesi. Clot dapat dikeluarkan dalam waktu 40 menit. Pasien membaik signifikan sejak turun dari meja cathlab. Kemudian pasien di transfer ke stroke unit untuk observasi. Hari kelima, pasien poliklinis dan tidak didapatkan defisit neurologis.
Narasi diatas bukan di Amerika atau Eropa. Ini terjadi di negara tetangga kita, di Siriraj Hospital Thailand. Padatnya kota Bangkok tidak menghalangi response time penanganan pasien stroke. MSU yang tersedia sejak Mei tahun lalu, ternyata meningkatkan jumlah pemberian IV rtPA dan jumlah trombektomi secara signifikan.
MSU hanya satu saja diantara sekian strategi untuk memangkas waktu. Lebih penting dari itu adalah kemauan sungguh-sungguh untuk membentuk sistem dan teamwork yang berkomitmen tinggi. Ujung tombak pelayanan sejak dari MSU sampai stroke unit adalah Residen. Konsultan memantau, mengevaluasi dan meyakinkan bahwa flow berjalan baik.
Adakah kita sudah melakukannya di senter kita masing-masing ? Sejatinya, kita sendiri sudah bisa menjawabnya, tidak perlu menunggu jawaban dari rumput tetangga yang sedang bergoyang.
Bukankah semua bermula dari diri kita sendiri , seperti kata Rumi, "Yesterday I was clever, I want to change the world. Today I am wise, so I want to change myself."
No comments:
Post a Comment