Tanda Kasih Buat Ibunda.....
Siang itu, seorang pemuda yang berkulit sedikit legam tampak terburu-buru mendorong kursi roda dengan seorang perempuan tua diatasnya menuju koridor sebuah rumah sakit. Kursi roda itu memasuki ruangan perawatan neurointervensi. Dengan bahasa inggris berlogat lokal, dia menyampaikan bahwa ibunya mengalami stroke berulang dan memerlukan perawatan optimal dengan harapan strokenya tidak kembali terulang.
Sang ibu memandangi anaknya dan terkadang menjawab terbata-bata saat dokter menanyakan riwayat penyakitnya. Jelas sekali terlihat dari cara berpakaian dan cara berbicara, mereka berasal dari kelas menengah namun tidak cukup berada. Sang anak baru saja pulang dari negara timur tengah karena bekerja disana. Disamping pemuda itu adalah saudara perempuannya yang sejak tadi hanya diam dan tidak banyak bicara.
Ibu ini berasal dari negara tetangga, negara yang tidak
cukup kaya dengan penduduk amat padat. Datang ke Kota ini berharap mendapat
pengobatan optimal. Saat ibu ini memasuki ruang konsultasi dokter, tampak pula
hasil MRA kepala yang baru selesai dijalaninya. Dokter menutup pintu kamar dan
mulai memeriksanya.
Yah..Sang Ibu harus rawat inap dan menjalani prosedur
neurointervensi. Kedua pembuluh darah lehernya mengalami penyempitan, dokter
menyebutnya sebagai carotid stenosis. Untuk usia yang cukup tua dan faktor resiko
berupa hipertensi dan kecing manis, prosedur stenting carotis harus segera
dilakukan untuk mencegah terjadinya stroke ulang.
Putranya telah menetapkan hati agar ibunda mendapat tindakan
terbaik. Namun, baginya, prosedur itu tidak cukup murah. Pemasangan dua buah
stent carotis tampaknya akan menghabiskan uang yang
didapatkannya selama ini dengan bekerja sebagai buruh di luar negeri selama setahun. Belum
lagi ongkos tiket pesawat dan biaya menginap di negara yang tak pernah
ditinggalinya.
Dia memandang Ibundanya yang pasrah dan mungkin tidak
memahami apa sebenarnya penyakitnya. Inform consent telah ditandatangani, dan
prosedur neurointervensi siap dilakukan. Dengan ketetapan hati kuat, memberikan
yang terbaik untuk ibunda, apapun akan dia korbankan.
Saudara perempuannya yang tak pernah pergi dari samping
ibundanya tampak terus berdoa. Doa seorang putra akan kesehatan
ibundanya. Ibunya yang terbaring di tempat tidur saat ini telah didorong
memasuki cathlab. Mereka hanya memahami bahwa prosedur ini adalah prosedur
terbaik, hanya menggunakan luka sekecil jarum di pangkal paha dan tanpa sayatan
operasi. Ibunya juga tetap sadar selama prosedur, tidak dilakukan Anastesi
General. Prosedur dan tindakan operasi yang tidak pernah ia dengar di
negaranya.
Ibunya memandangi sang anak dengan kasih sayang tak terkira,
tindakan neurointervensi yang dijalaninya selama satu-setengah jam telah
selesai dan behasil baik. Lusa hari, menurut dokter Sang Ibu telah dapat
meninggalkan rumah sakit. Walau tanpa komplikasi dan keluhan baru, dokter
menganjurkan untuk dilakukan MRI kepala sebagai evaluasi.
Hari ini cukup cerah, perubahan musim dari musim dingin ke
musim panas membuat udara begitu nyaman. Dari jendela rumah sakit, tampak bunga
kamboja yang mekar, bunga yang pada hari sebelumnya hanya berupa kuncup. Putra
sang ibu, tersenyum, namun dengan sedikit terbata-bata menjelaskan kepada
dokter bahwa mungkin dilain waktu akan membawa ibunya kembali untuk MRI kepala,
mengingat dana yang disiapkannya telah menipis, hanya cukup untuk biaya
transportasi pulang kembali ke negaranya. Sang putra juga meminta agar Ibunda
bisa keluar sehari lebih awal dari rumah sakit. Dokter memahami dan mengijikannya
sang ibu untuk keluar rumah sakit dengan beberapa edukasi yang harus dilakukan
di rumah. Thank you doctor...! ucapnya.
Lelaki ini bergegas menuju ruang perawatan menemui ibunya,....diciumnya
tangan tua yang kering itu dengan takzim. Dia tak begitu peduli hasil kerja
kerasnya setahun sebagai buruh di negeri orang telah habis demi kesehatan
ibundanya. Sang ibu memegang tangan
putranya dengan erat tanda terimaksih, tak mampu banyak berkata setelah stroke kedua menyerang otaknya.
Sambil mendorong kursi roda keluar ruangan perawatan,
laki-laki ini sempat melihat kuncup kamboja yang tersisa telah mekar. Seolah
ikut tersenyum dan mendoakan agar keluarga ini diberkahi. Laki-laki ini
bergegas, karena pesawat akan terbang sore ini. Sedangkan lusa, dia harus
kembali ke negara timur tengah untuk kembali bekerja, ternyata waktu cutinya
telah habis. Cuti tahun ini baginya demikian berharga, telah memberikan dua buah stent carotis untuk ibundanya..., tanda kasih dari seorang putra yang bahkan tak pernah ia bayangkan sebelumnya.
No comments:
Post a Comment