Selamat Datang di Dunia Neurovaskular & Neurointervensi

idik

idik

Sunday 27 September 2020

Dokter, "Tokoh Seremonial" dan Covid

Perang melawan covid masih berlangsung. Para dokter dan nakes bekerja bersama. Sebagaimana masa penjajahan, meskipun saat itu belum merdeka, dokter terus melayani. Bukankah kala itu mereka bekerja sendiri, tanpa "pemerintah." 

Di tengah amukan covid saat ini. Dokter tetap bekerja, sebisa-bisanya, mungkin gerilya, mungkin tiarap. Musuh tak terlihat. Ada ataupun tidak "pemerintah," lupakan saja, anggap sekarang kita belum merdeka.

Namun, ada tokoh dan pejabat kita. Menjadikan perang ini sebagai panggung sandiwara. Menjadi "tokoh seremonial," muncul di acara sana dan acara sini, komentar disana, komentar disini. Seolah-olah telah banyak sekali yang mereka kerjakan. Seolah begitu banyak bantuan dan perhatiannya pada rakyat. Mereka lupa itu bukan bantuan, itu uang rakyat.

Semoga berhenti "mencari manggung," wahai junjungan tercinta, tampaknya rakyat tak membutuhkannya. Dalam kecamuk perang yang tidak berkesudahan, semua hanya akan pulih jika perang selesai. Teori ekonomi, hiruk pikuk pilkada, sudahlah lupakan saja. 

Para tokoh sibuk membuat acara seremonial, seolah mereka turut berperang di garda depan. Tak ada gunanya seremoni duta imunitas, pamer angka kesembuhan. Rakyat lelah melihat panggung politik di "masa perang," saling serang tokoh nasional. 

Bekerjalah saja, meskipun di jalan sunyi. Anggap saja kita belum merdeka, masih dalam perang gerilya. Karena para "tokoh seremonial."  Adanya mereka, sama dengan ketiadaan-nya.