Selamat Datang di Dunia Neurovaskular & Neurointervensi

idik

idik

Friday 27 April 2018

Kobe : Saat Aliran Dialihkan


Kulihat bagaimana pipa-pipa itu dipasang,
Sampai berjajar-jajar
Bukanlah pipa biasa, 
Pipa yang terpasang dalam kepala

Flow diverter, demikian mereka menyebutnya
Untuk megalihkan, untuk mengarahkan
Hampir tak ada lagi yang susah
Hampir tak ada lagi yang resah

Dulu orang berdebat,
Aneurisma adalah soal dinding
Aneurisma adalah soal genetik
Aneurisma adalah soal jaringan ikat
Aneurisma adalah soal aliran darah

Pipa-pipa itu terpasang, 
Terpasang berpasang-pasang
Aneurisma mengalami remodelling, berubah bentuk
Mulanya besar, mulanya lebar
Mengkerut seiring waktu, berubah seiring masa

Betapapun besar si aneurisma, 
Akan regresi
Betapapun kecil cabang arteri
Terus tetap dalam patensi

Dalam kehidupah ini kawan,
Yang tak berguna akan regresi
Dimakan kebaikan orang sekitar
Yang bermanfaat akan bertahan,
Dipertahankan generasi ke generasi

Namun, jika yang tak berguna dibiarkan
Dan sumber masalah tetap diabaikan.....
Tatkala tak seorangpun mau mengalihkan aliran
Ketika tak seorangpun mau membungkamkan
Maka ia akan terus tumbuh berkembang
Hanya ada dua pilihan....
Bertumbuh membesar 
atau pecah tak karuan
Maka hanya bencana yang ada
Maka hanya luka yang tersisa

Di Kobe kami belajar,
Arah bencana ternyata bisa diubah
Masalah serius nyatanya bisa dicegah
Dengan hanya mengalihkan alirannya......

Kawan,
Peliharalah saja aliran kebaikan..
Maka aliran keburukan akan berkurang dan terhenti
Kita akan menyaksikan,
Aliran kebaikan akan memakan keburukan
Sebagaimana api melahap kayu bakar...

Sunday 8 April 2018

Bangsaku dan Inovasi Baru

Masih ingatkah kawan...
Tentang Tawan Bali, tukang las dengan 'lengan bionik'
Semua orang riuh,  semua orang gaduh
berita pergi jauh kemana saja, ke seluruh Nusantara

Masih ingatkah juga kawan...
Mobil listrik Tucuxi,
Yang celaka sebelum waktunya
Harapan indah produk anak bangsa
Saat ini hilang entah kemana..

Masih segar ingatan kita kawan..
Baju anti Kanker Warsito..
Kemenkes belakangan menertibkannya
Setelah sekian lama produk itu berjalan dan menggema..

Saat semua tenggelam.....
Kini heboh "cuci otak" menggantikannya
Konon banyak pejabat negara, ingin di"cuci otak" nya
Mulai yang mantri, sampai menteri mencobanya
Tanpa tahu jelas benar, apa sih manfaatnya....

Bangsaku rindu inovasi
Bangsaku rindu pahlawan negeri
Dalam jiwa yang gersang
Siapapun bisa jadi pahlawan
Setitik air saja, seperti guyuran hujan merasuk dada

Jangan sedih kawan...
Masih banyak harapan di hari depan,
Asal kita mau berusaha, asal kita mau jujur,
Tapi Mbokyo......
ojo *nggumunan*,
ojo *kagetan*
lan ojo *dumeh...*

Saturday 7 April 2018

DSA pada otak, adakah resikonya ?

Gaduh dan heboh soal "cuci otak" telah masuk kedalam percakapan publik dan awam. "Cuci otak" yang sebenarnya adalah prosedur angiografi serebral melalui kateter yang dimasukkan dalam pembuluh darah (umumnya dari pangkal paha), menjadi hangat diperbincangkan. Prosedur ini sesungguhnya, sudah sangat lama dikerjakan, dimulai sekitar tahun enampuluhan.

Angiografi serebral kemudian disebut DSA (digital subtraction angiografi), karena teknologi mampu menghilangkan komponen selain pembuluh darah dalam tampilan gambarnya, sehingga, hanya pembuluh darah otak saja yang terlihat.

Adakah resiko prosedur DSA ? tentu saja semua prosedur medis memiliki resiko. Namun, dengan indikasi yang jelas, dan pada pasien yang tepat (bukan pada semua pasien, apalagi orang sehat), prosedur ini dapat dipertimbangkan untuk dilakukan. Yaitu, saat manfaat prosedur lebih besar dari kemungkinan efek sampingnya.

Apakah efek samping yang mungkin terjadi pada tindakan DSA ?

*1. Groin hematoma* : mungkin bisa terjadi lebam di tempat suntikan, di tempat kateter dimasukkan. Biasanya pada orang yang gemuk dan akses vaskuler yang sulit.
*2. Alergi kontras*. Meskipun secara umum agen kontras yang diinjeksikan untuk melihat pembuluh darah otak cukup aman, ada beberapa pasien yang alergi terhadap agen ini.
*3. Timbulnya trombus atau bekuan darah*. Hal ini karena ada benda asing yang dimasukkan dalam pembuluh darah yaitu kateter dan wire. Untuk mencegahnya digunakan heparin, sebagai obat yg berfungsi mencegah timbulnya bekuan. Jadi heparin sifatnya untuk prevensi timbulnya bekuan.
*4. Diseksi arteri*. Ini adalah cedera pada dinding pembuluh darah akibat efek mekanis dari kateter atau wire yang dimasukkan dalam pembuluh darah.
*5. Perdarahan*. Pada pasien yang saat dilakukan prosedur tekanan darahnya tinggi dan tidak terkontrol.

Yang namanya resiko tentu tidak selalu terjadi. Seperti seseorang yang berkendara, beresiko mengalamai kecelakaan di jalan. Secara keseluruhan, resiko prosedur ini kurang dari 3%, dan di tangan dokter yang memiliki jam terbang tinggi, resiko bisa kurang dari 1%.

Namun, karena prosedur ini memiliki resiko, maka harus dilakukan pada pasien yang tepat dengan indikasi tepat. Tidak boleh dilakukan pada semua orang, apalagi orang sehat, atau orang sakit yang tidak berhubungan dengan kelainan pembuluh darah otak.

Ada persoalan yang saat ini menjadi konsen MKEK IDI. Namun, meluasnya indikasi dari diagnostik menjadi prevensi dan terapi juga ikut membuat gaduh. Maka, soal etika dan profesi biarlah IDI dan organisasi profesi yang menyelesaikannya. Itu ranah dan domain mereka. Semoga dunia kedokteran indonesia makin maju, namun dengan tetap bertumpu pada keilmuan yang kuat dengan tetap memegang teguh etika kedokteran Indonesia.