Selamat Datang di Dunia Neurovaskular & Neurointervensi

idik

idik

Sunday 17 July 2011

SAAT MATA TAK DAPAT MELIHAT

Apa yang terlihat oleh mata dhohir memiliki keterbatasan. Apalagi kalau fakta tersebut berhubungan dengan sesuatu yang sifatnya politik praktis, pastilah terdapat banyak tafsir disana. Bagi pemain sepakbola, menendang bola ke arah belakang, samping kanan atau kiri, sebenarnya tujuannya adalah ke arah gawang. Melihat sesuatu hanya dari satu sudut pandang dhohir adalah absurd, namun meninggalkan sama sekali penglihatan dhohir dan hanya berpegang pada kekuatan asumsi dan interpretasi juga sebuah kesalahan.

Dalam melakukan diagnose klinis, seorang neurologist tidak hanya berpegang pada imejing, atau temuan laboratoris. Pengambilan riwayat penyakit dan pemeriksaan klinis memiliki nilai yang tinggi. Melakukan interpretasi terhadap beberapa fakta dan memformulasikannya dalam bentuk diagnosis, kemudian menjadikan interpretasi tersebut sebagai sebuah dasar terapi adalah keterampilan yang perlu terus diasah. Sudah umum dikenal dikalangan klinisi ungkapan “Don’t treat the figure”, dokter tidak boleh memutuskan terapi hanya berdasar CT Scan, EEG, ECG dll tanpa mengkorelasikan dengan data klinis lainnya.
Perhatikanlah hasil CT Scan kepala berikut ini :


Hasil CT Scan diatas menunjukkan suatu gambaran hiperdensitas arteri basilaris, namun MCA sebelah kanan juga menunjukkan hiperdensitas. Adakah ini merupakan thrombosis pada arteri basilaris ? ataukan ini merupakan gambaran “ Hyperdense MCA sign” yang banyak terlihat pada thrombosis cabang MCA pada stroke < 6 jam ? Namun, kedua gambaran ini mungkin saja merupakan sesuatu yang normal. Dan pada pasien ini dokter melihatnya sebagai “normal”. Perhatikanlah CT Scan 24 Jam setelah CT Scan pertama :




Pada CT Scan kedua ini tampak suatu area infark luas. Kalau dianalisa lebih lanjut, infarknya meliputi area PCA dan arteri serebellar. Namun, dimana kira-kira lokasi persis infarknya ? Lokasinya adalah pada arteri basilaris dibawah AICA. Pada CT Scan masih terlihat bagian serebellum inferior yang normal, dan ini mendapat vaskularisasi dari PICA. PICA sendiri merupakan cabang arteri vertebralis intracranial, jika bukan pada arteri basilaris di bawah AICA, tentulah penyumbatan itu pada arteri vertebralis bilateral di atas PICA, kemungkinan ini sangat kecil terjadi.
Andai saja gambaran ini bisa terlihat sebelumnya, masih mungkin dilakukan intra arterial (IA) trombolysis dengan “window period” 12 jam setelah onset. Waktu 12 jam ini berdasarkan pertimbangan bahwa stroke pada sirkulasi posterior mengancam jiwa dan manfaat IA trombolysis lebih besar di banding madharat-nya. Sedang pada sirkulasi anterior, “window period” hanya 6 jam.

No comments:

Post a Comment