Selamat Datang di Dunia Neurovaskular & Neurointervensi

idik

idik

Wednesday 11 October 2023

Nevi Dalam Tarian Sufi


Siapa menginginkan rembulan,
jangan menghindari gelap malam

Siapa menginginkan bunga mawar,
jangan takut duri

Siapa mengejar cinta,
jangan melarikan diri 


Mengunjungi Konya, mengunjungi kota cinta. Satu setengah jam dari Istanbul dengan pesawat. Kota dengan aroma masa lalu, ibu kota kesultanan Seljuk abad ke-13. Kota yang tenang, tak ada hiruk pikuk, hanya aroma spiritualitas yang segar. Tempat Maulana Jalaluddin Rumi bersama para sahabat, guru dan murid-muridnya dimakamkan. Ada Syams Tabrizi, ada Al-Qunawi. Memang jasad sang sufi telah terkubur, namun tidak dengan karya-karyanya yang melegenda. Ada berbentuk prosa puitis atau prosa liris, namanya kitab Mastnawi. Ada esai-esai menyentuh kalbu, namanya Fihi ma Fihi. Ada banyak naskah lain. Semua terpelihara, terawat, telah diterjemahkan dalam berbagai bahasa utama dunia.


Konon, saat Rumi didera kesedihan, setelah ditinggalkan oleh gurunya, Syams Tabrizi, dia berjalan ke pasar, mengunjungi muridnya, seorang pandai besi, sholahuddin. Saat kesedihannya memuncak, dia mendengar dentingan yang mengalun dari si pandai besi, menciptakan sebuah nada. Tubuh Rumi bergerak, hatinya berdzikir dipenuhi rasa duka dan cinta.

 

The Sufi whirling dervishes demikian tarian sufi ini kemudian dikenal. Tangan kanan menengadah keatas,tangan kiri telungkup ke bawah. Tengadah tangan kanan menerima hidayah, cahaya dan ilmu Tuhan, memasukkannya dalam sanubari. Telungkup tangan kiri berarti membagikan dan menyebarkan kembali kepada semua makhluk . 

 

Gerakan berputar, melawan arah jarum jam, melawan arus, sebuah putaran bermakna spiritual. Putaran yang berbeda dengan putaran roda dunia, melawan putaran nafsu aktivitas manusia, menyelisihi putaran pencari kenikmatan semata, bukan putaran runitas yang fana.  Putaran ini seperti putaran baut yang melepaskan diri dari mur. Putaran ini putaran kerinduan pada Tuhan, melepaskan diri dari cinta akan kebendaan. 

 

Penutup kepala yang tinggi menggambarkan batu nisan, menyadarkan manusia, kehidupan akan berakhir di sana.

 

Nevi mendapat dan menerima ilmu. Bukan untuk berhenti pada diri sendiri, kemudian mendekapnya. Namun menyebarkannya, memberikan manfaat pada sesama. 

 

Nevi berpikir dan bertindak melawan arus, berpikir alternatif, berpikir solutif.

 

Nevi bekerja tidak untuk hari ini, menanam benih kebaikan, untuk di panen pada kehidupan di akhir nanti.

No comments:

Post a Comment