Selamat Datang di Dunia Neurovaskular & Neurointervensi

idik

idik

Tuesday, 27 December 2022

Area Neurologi yang "Terabaikan"

Neurologi berkembang sedemikian rupa dan sedemikian cepat. Namun, ditengah banyaknya diferensiasi ilmu tersebut, ada yang kurang medapat perhatian. Area ini berisi pasien-pasien yang "sangat menderita." Sebut saja cerita seorang pasien denga stroke batang otak dan mengalami hiccup berkepanjangan. Atau seorang pasien dengan retensi/inkontinensia urine sepanjang hidup akibat lesi spinal. Ada banyak kasus lain semacam disfagia menetap dengan sonde, spastisitas berat keempat ekstrimitas yang menyakitkan, malignancy neoplasma serebri tanpa harapan, dan banyak gejala dan penyakit neurologi yang seolah tak memiliki jalan keluar. Ada banyak diantara mereka meningggal karena infeksi atau kekurangan nutrisi setelah mengalami rasa sakit tak bertepian.  Kondisi-kondisi tersebut memerlukan perawatan paliatif yang spesial dan unik karena melibatkan sistem saraf.

Palliative bermakna "the value of holistic support for persons facing death from advanced disease." Kondisi ini perlu kepedulian lebih, karena bukan hanya berhubungan dengan kondisi fisik, namun juga emosional dan spiritual. Mereka mengalami penderitaan berkepanjangan termasuk anggota keluarganya. Ada kecemasan hebat selain beban perawatan yang besar.

Saat neurolog menghadapi pasien-pasien ini, mereka tidak memiliki waktu yang banyak. Pasien demikian perlu pemeriksaan seksama dan komprehensif. Padahal mungkin merekalah yang sangat memerlukan perhatian lebih. Neurolog seringkali tak tahu apa yang harus diperbuat. Advis yang diberikan seringkali normatif, harus begini dan harus begitu, terkadang malah membingungkan keluarga pasien. Sampai suatu waktu pasien dan keluarga pasrah menerima "takdir."

Ada yang mungkin lupa tidak diajarkan saat residensi ditengah maraknya konsep curative neurology, yaitu palliative neurology. Ilmu ini rasanya perlu ditumbuhkan, diasah dan diperdalam di senter-senter pendidikan. Palliative Neurology memerlukan ruang khusus dalam residensi, tidak lagi sekedar dibahas sepintas dalam tiap komponen penyakit. Ada hal-hal spesifik yang tidak diketahui jika area ini tidak ditekuni secara khusus. Sekedar contoh adalah adanya pasien lesi batang otak dengan hiccup berkepanjangan, tidak membaik denga obat-obatan standar semacam clorpromazin, haloperidol atau baclofen. Atau pasien disfagia dengan drooling, saliva yang terus menerus keluar karena tak bisa tertelan dan pasien dengan sweating (hiperhidrosis) akibat disautonomia. Adanya pasien dengan advances neurological conditions, maka neurolog perlu mempersiapkan supporting phase, transision phase dan terminal phase

Ditengah tumpang-tindih area kompetensi yang ramai diperebutkan, palliative neurology adalah area yang perlu ditekuni dan diperdalam. Seandainya bukan semata-mata soal kompetensi, maka urgensinya adalah memenuhi kebutuhan dan keputus-asaan pasien dan keluarga. Akhirnya, mungkin perlu direnungkan perkataan seorang  neurolog P.G.McManis (sebelum kematiannya akibat oesophagela cancer),  "One thing I have learned is that the best thing that anyone can do for the dying individual is to show that you care . As neurologists ... we are obviously providing a lot of comfort for our patients just by seeing and talking to them, even in hopeless cases." 

No comments:

Post a Comment