Layaknya sebuah perjalanan, semua perlu persiapan. Merancang tujuan yang hendak dicapai, melukis target yang hendak digapai. Maka, apatah mau dikata, jika sang musafir berbekal badan semata. Bisa jadi dalam kelana, tersesat dalam lebatnya rimba.
Dalam pergimu wahai musafir, langkahmu mengikuti peta, menyusuri sudut-sudut kota, sudut-sudut area tak terduga. Cukupnya bekalmu, ditambah doa dan ilmu, membuat langkahmu derap berpadu.
Namun ingatlah, perjalananmu misteri hidupmu. Tak pernah tahu mesti dan pasti apa bakal kau hadapi. Bisa jadi dia berubah, bisa jadi ia berkilah. Namun, musafir sejati, selalu menikmati setiap sisi indahnya perjalanan. Jalan buntu, cuaca tak menentu, adalah ilmu baru yang layak dihikmati, layak dihayati.
Sang Nevi adalah musafir, tatkala prosedur dikerjakan, sungguh dia sedang bepergian. Rute yang sering dikunjungi akan membuatnya percaya diri, sedang rute baru hendak di tempuh, tentu memerlukan banyaknya peluh.
Layaknya seorang musafir, meskipun telah berbekal, meskipun ilmu beribu jengkal, namun ada sebaik-baik bekal, yanga harus senantiasa dibawa, senantiasa beserta. Taqwa dan do'a. Karena sungguh manusia, tiada pernah tahu takdir akhirnya.
Changi, Singapore, Ahad, 31 Maret 2018.
No comments:
Post a Comment