Dulu kawanku bertanya,
Mengapakah sekolah neurologi,
Hanya lihat ujung jempol bergerak saja
Sudah senang setengah mati
Kawan lain juga bertanya,
Tentang kabar bangsal Neurologi
Masihkah banyak terjadi,
Angka kematian paling tinggi
Aku hanya tersenyum kecut,
Diam-diam duduk menyudut
Sambil mengingat nasib mereka,
Yang lumpuh, yang buta, yang kejang, sampai yang koma
Para neurolog terkenal hebat,
Diagnosis topis amatlah tepat
Namun tatkala menulis terapi,
Itu-itu saja obat yang mereka beri
Kawanku..... itu cerita dulu......
Namun bukanlah dongeng di masa lalu,
Wajah-wajah neurologi kini,
Telah berubah cerah berseri
Kuratif Neurologi,
Demikianlah orang menyebut
Banyak obat dan tehnik baru telah tersebut
Menolong ratusan ribu penderita,
Yang lumpuh, yang buta, yang kejang, sampai yang koma
Langkah ini belum terhenti,
Ratusan bahkan ribuat riset terus terjadi
Sungguh banyak rahasia akan terungkap,
Jika Tuhan izinkan tabir tersingkap
Tapi Kawanku.....,
Neurologi bukan lagi soal jempol kaki
Bukan soal kemauan, kerja keras dan berbakti sepenuh hati
Masih banyak ribuan penderita,
Yang lumpuh, yang buta, yang kejang, sampai yang koma
Mereka masih bertebaran di seluruh nusantara
Bukan karena Kita tak tahu cara mengobatinya
Bukan pula karena tak ada obatnya
Tapi soal biaya, soal dana......
Soal paket asuransi,
Yang hanya berhenti di meja diskusi.....
No comments:
Post a Comment