Bagi neurointerventionis, BAVM sangat unik, menarik
sekaligus menantang. Dengan duduk di pojok ruangan, melakukan analisa
angioarsitektur BAVM ternyata cukup membuat kita terlena. Sebelum memulai embolisasi,
rekostruksi dapat memerlukan waktu cukup lama. Mulai dengan identifikasi
lokasi, feeder, draining vein, tipe AVM secara anatomis (sulcal, gyral, mixed),
secara angioarsitektur (plexiform, fistolus, mixed), identifikasi rupture site,
kompartemen dan target embolisasi.
Sehingga, embolisasi AVM hampir selalu didahului DSA
diagnostik secara terpisah. Hal ini berbeda dengan SAH akibat aneurisma
misalnya, dimana dapat dilakukan secara ad
hoc, yaitu DSA dapat disusul dengan coiling dalam waktu bersamaan.
Setelah melakukan rekonstruksi, maka akan diputuskan
tindakan endovaskuler beserta strategi yang akan digunakan. Adakah menggunakan
liquid embolan secara tersendiri atau kombinasi dengan coil pada kasus
fistoulous dan high flow. Liquid
embolan yang saat ini tersedia di Indonesia adalah Glue (NBCA:Lipiodol) dan
Onyx. Kedua liquid embolan ini memiliki karasteristik dan kenyamanan tersendiri
bagi masing-masing operator.
Glue, bagi yang biasa menggunakannya, sangat nyaman, aman
dan tepat sasaran. Namun, bagi yang baru saja mencoba, dapat merupakan bumerang
apabila tidak berhati-hati. Kepekatan, penempatan microcatheter dan kekuatan injeksi merupakan
kunci keberhasilan embolisasi menggunakan glue.
Sehingga, seringkali, intervensionis memerlukan waktu lama untuk mencari
posisi sebelum melakukan injeksi glue secara tepat dan memuaskan. Serupa dengan
SNIPER, sasaran yang ditembak sangat spesifik dengan area kecil (satu atau dua
kompartemen saja) dan jika dimaksudkan untuk mematikan area yang cukup luas, maka
tidaklah cukup hanya sekali bidik. Dalam kondisi demikian, perlu melakukan
beberapa kali tindakan kateterisasi, karena pada penggunaan glue, microchateter
yang dipakai tidak dapat digunakan lagi. Begitu arah aliran glue refluks
mengenai mikrokateter, maka kateter harus segera ditarik keluar, jika tidak,
polimerisasi akan menyebabkan kateter stagnant
dalam pembuluh darah, dan apabila ditarik secara paksa akan menyebabkan
perdarahan.
Onyx, memiliki waktu polimerisasi yang cukup lama. Bahan ini
perlu dipersiapkan dengan shaking
minimal 20 menit. Konsentrasi Onyx tidak dapat diatur, konsentrasi telah
ditetapkan, misalnya Onyx -18. Sebagai pengganti cairan dextrose yang digunakan
untuk flusing pada glue, digunakanlah DMSO, dan ini terdapat satu paket kemasan
bersama onyx. Penggunaan onyx juga memerlukan pengalaman spesifik. Karena onyx
merupakan embolan yang non- adhesive (tapi kohesive), intervensionis punya
banyak waktu untuk melakukan injeksi, kemudian menunggu beberapa saat, dan
kemudian melakukan injeksi lagi. Onyx dapat menutup area nidus yang luas dan
multikompartemental. Karena area jangkaunya luas, maka ada resiko pembuluh
darah kecil yang tak terlihat akan ikut tertutup. Sehingga, meskipun angka
embolisasi kuratif cukup tinggi dengan onyx, namun angka komplikasi yang
terjadi juga lebih tinggi dari glue. Intervensionalis seolah menghancurkan
target dengan bom. Ini juga merupakan alasan substansial mengapa embolisasi
pada kasus spinal AVM hampir tidak pernah menggunakan onyx.
Melihat karakteristik yang demikian, maka, tehnik dan
pilihan bahan embolisasi berpulang pada operator. Apakah operator akan menjadi
sniper atau bomber. Tentu saja onyx dapat digunakan untuk AVM kecil dan cukup
aman, namun harga onyx lebih mahal dari glue. Hal ini seperti membidik sasaran
tunggal yang sebenarnya dapat dilumpuhkan dengan satu tembakan, namun jika menghancurkannya
dengan bom, tentu memiliki resiko dan efek terhadap struktur sekitarnya.
Umumnya masing-masing operator akan cenderung lebih memilih salah satu embolan sebagai kegemarannya. Maka tepatlah ungkapan “There was no dangerous device but there was dangerous operator.”
No comments:
Post a Comment