Selamat Datang di Dunia Neurovaskular & Neurointervensi

idik

idik

Thursday, 31 August 2023

Neurovaskuler: Menyaksikan Tak Hanya Meyakini

Sebelum era vascular imaging, neurolog memberikan terapi pada pasien stroke, sebagian besar hanya berdasarkan guideline yang ada dan keyakinan saja. Sifat dari guideline adalah panduan umum. Tidak berlaku untuk semua pasien. Disclaimer ini ada dan bisa di baca pada setiap guideline itu sendiri.

 

Neurolog memberikan terapi nimodipin pada SAH, hanya berdasar keyakinan adanya potensi terjadinya vasospasme, padahal mereka tidak melihat ada atau tidaknya vasospasme. Ada banyak pasien SAH tidak mengalami vasospasme saat dilakukan serebral angiografi (DSA), apalagi jika tipe SAH hanya sulcal dan perimesenchephalic. Neurolog menduga terjadi oklusi pada pembuluh darah kecil hanya karena nilai NIHSS yang rendah, padahal saat dilakukan DSA, oklusi terjadi pada pembuluh darah besar dan berpotensi makin memburuk dalam beberapa jam kedepan. Adanya kolateral yang bagus, memungkinkan pasien tersebut memiliki gejala klinis minimal. Pada saat didapatkan pasien kejang dengan gambaran CT-CTA/MRI-MRA tampak adanya malformasi arterivena. DSA menunjukkan dengan detail kelainan pembuluh darah sesungguhnya apakah AVM, Dural Fistula ataukan Proliferative Angiopathy, dan ini berpengaruh pada strategi terapi.

 

Maka, seorang Neurolog dalam melakukan tatalaksana pasien seharusnya tidak hanya meyakini, namun menyaksikan. Menyaksikan berarti melakukan diagnosa secara presisi dan melakukan tatalaksana secara tepat. 

 

Ada banyak pertanyaan yang muncul saat menyaksikan imejing vaskuler secara langsung. Apakah pasien dengan infark pada subcortical akibat oklusi perforator masih harus mengikuti guideline yang menyatakan bahwa tekanan darah sistolik diturunkan pada stroke infark jika >220 mmhg? Bukankan ini hanya bermanfaat untuk oklusi pada pembuluh darah besar atau pial vessel yang memerlukan aliran darah yang lebih panjang melalui kolateral? Bukankan penyebab oklusi perforator akibat tekanan darah, dan akan berisiko stroke ulang jika target tekanan darah terlalu tinggi? 

 

Pertanyaan yang lain misalnya, apakah tekanan darah pada SAH akibat aneurisma dipertahankan pada 140-160 mmhg? suatu target tekanan darah yang dimaksudkan agar aneurisma tidak ruptur lagi, tapi dengan mempertahankan perfusi serebral tetap adekuat jika ada vasospasme. Apakah mungkin tekanan darah diregulasi lebih rendah saat menemukan morfologi aneurisma rentan mengalami ruptur, sedang DSA tidak di dapatkan vasospasme. Dokter yang menyaksikan, akan konfiden memberikan advis terapi. Menyaksikan sungguh berbeda dengan hanya meyakini. 

 

Maka, inilah yang dimaksudkan dalam kuplet syair lagu Derap Neurointervensi;

 

Menyaksikan Tak Hanya Meyakini

Berpijak Ilmu Menjadi Ahli

Mulya Kala Khidmah Sepenuh Hati

Jadi Cahaya Negeri

Neurointervensi dan Buih Lautan

"Neurolog yang menjadi Nevi seperti menghampiri laut. Jangan puas hanya mendapat sebotol air. Ada mutiara dan ribuan benda berharga belum terjamah. Atribut Nevi adalah buih lautan. Jangan terkecoh buih indah yang digerakkan ombak. Teruslah menyelam, dan temukan hakekat keindahan sesungguhnya."

Saturday, 26 August 2023

Gili Nanggu

Serpihan Surga

Angin lirih semilir
Dzikir pasir berdesir
Biru teduh menghempas
Dari orkestra serpihan surga

Bisik sunyi ikan dan karang
Tepian pantai batasan laut
Rasai saja, nikmati saja
Indahnya Gili tiada terperi....

Wednesday, 23 August 2023

Saya Hanyalah, Bukan Saya adalah Nevi



Saat memasuki cathlab. Pasien terbaring, prosedur siap dilakukan. Seorang Nevi sering menyangka prosedur akan berlangsung cepat. Ah, hanya diagnostik saja, hanya simple aneurisma saja, hanya single nidus BAVM saja....... Namun, beberapa kali terjadi, prosedur menjadi panjang, baik karena sulitnya anatomi maupun karena komplikasi prosedur. Apa yang tampak mudah menjadi kompleks. Pada sisi lain, ada banyak prosedur yang tampak sulit dan butuh waktu panjang, berlangsung lancar. 

 

Ternyata, bahkan Nevi dengan jam terbang tinggi, akan mengalami hal tersebut. Artinya seorang Nevi hanyalah seorang yang menjalankan prosedur berdasarkan keilmuan, sedangkan hasil akhir prosedur di luar kuasanya sendiri. Pernyataan "Saya hanyalah Nevi" akan membuat rendah hati dan berhati-hati. Hal tersebut akan membuat Nevi selalu berdoa, bukan hanya pada setiap awal prosedur, bahkan pada setiap injeksi kontras yang dilakukan. Tetapi, saat Nevi mulai menyatakan diri bahwa "Saya adalah Nevi," "Kesuksesan prosedur adalah karena saya," maka dari sanalah problem bermula. Problem yang berkaitan dengan prosedur, maupun problem yang berkaitan dengan interaksi sosial. 

 

Ada seorang Nevi yang sangat menikmati setiap injeksi kontras di cathlab. Setiap injeksi yang dia lakukan, disertai dengan doa dan dzikir. Doa, yang dimana biji tasbih tak perlu diputar. Doa, yang dimana sajadah tak perlu dibentangkan. Doa melambangkan kelemahan dan kekurangan seorang Nevi. Harapannya, prosedur lancar tanpa komplikasi. Atau, jikapun ada komplikasi, merupakan komplikasi yang ringan dan reversibel. 

 

Seorang Nevi menggunakan apron saat prosedur, seperti seorang tentara yang menggunakan baju besi (armor). Baju besi seorang prajurit melindungi dari semua senjata musuh dihadapannya. Bagi seorang Nevi, apron juga merupakan "baju besi," yang melindunginya dari radiasi. Lebih dari itu, apron harus menyadarkan dirinya, ada yang lebih berbahaya dari radiasi, yaitu nafsunya sendiri. Nafsu yang menyebabkan dirinya membusungkan dada dan menyatakan "Saya adalah Nevi," yang meyakini "the success of the procedures are in my hand."

 

Maka, ada Doa yang selalu dipanjatkan oleh seorang Nevi. Kuplet Doa ini diambil dari kumpulan doa yang termasyhur bernama "The Great Armor" (Jausyan Kabir):

 

Wahai Yang segala sesuatu tunduk dalam keagungan-Nya,

Wahai Yang segala sesuatu pasrah dalam kekuasaan-Nya, 

Wahai Yang segala sesuatu takluk dalam keperkasaan-Nya, 

Wahai Yang segala sesuatu merendah dalam kehebatan-Nya, 

 

Wahai Yang semua langit tegak dengan perintah-Nya, 

Wahai Yang semua bumi terhampar dengan izin-Nya, 

Wahai Yang petir bertasbih dengan puji- pujian-Nya, 

Wahai Yang tidak menzalimi penghuni kerajaan-Nya 

 

Maha Suci Engkau wahai Yang tidak ada Tuhan selain Engkau, 

Berikanlah keamanan.....

Berikanlah keamanan.....

Bebaskan kami dari api neraka

Saturday, 12 August 2023

Harga (Scientific Meeting) Neurologi

Agustus 2016, memasuki University Hospital Zurich, mengikuti worksop legendaris, the 24th Zurich Course Interventional Neuroradiology. Acara berlangsung 5 hari, registration fee 800 Euro. Acara bukan di hotel. Acara di Aula Rumah Sakit, makan siang setangkup sandwich dan sebungkus sayuran. Coffee break dengan kue kering dan buah apel/peer utuh. Peserta dari semua benua. Acara berlangsung menarik, interaktif dan inspiratif. Acara bebas dari bias sponsor. Fee registrasi yang mahal, tergantikan oleh konten ilmiah berkualitas. Course Director adalah mendiang Prof. Anton Valavanis. Semua mengatakan course ini excellent, tak ada seorangpun mengeluh soal fee registrasi. Sebagian besar ingin kembali datang Zurich course tahun berikutnya. Namun sayang, itu adalah Zurich Course terakhir.

 

Di Indonesia, acara ilmiah yang dianggap mahal, sering menjadi perbincangan anggota PERDOSNI. Mengapa mereka menganggap mahal fee registrasi? Apakah karena konten ilmiahnya kurang berkualitas, sehingga membayar mahal menjadi kerugian? Ataukah karena panitia terkesan terlalu banyak menghitung profit, sehingga fee registrasi dianggap kurang wajar? Atau seharusnya tempat cukup di universitas atau rumah sakit saja, lunch dan coffee break ala kadarnya, sehingga biaya bisa ditekan? Tentu saja, masukan anggota amat penting, perlu menjadi bahan evaluasi panitia.

 

PERDOSNI pasca PERDOSSI, setidaknya perlu membuat formula. Bagi kita yang sering menjadi panitia acara ilmiah akan mengerti. Bagi kita sering ikut acara ilmiah di luar negeri juga akan memahami. Membuat acara ilmiah berkualitas berbiaya murah, lebih mudah disampaikan daripada dikerjakan, tapi bukan berarti tidak mungkin.

 

Rasanya, perlu juga ada evaluasi diri untuk para peserta. Ada banyak peserta pertemuan ilmiah yang sangat tekun mengikuti sesi per sesi presentasi, namun sebagian peserta hanya mengikuti beberapa sesi acara saja, sisanya memiliki agenda pribadi. Apakah memang topik ilmiah tidak menarik dan hanya itu-itu saja, diulang-ulang, terutama sesi bersponsor? Ataukah pembicara dan pemateri yang dianggap kurang expert? Atau mereka tidak merasa rugi membayar mahal, karena tidak membayar sendiri? Di akhir acara, banyak yang berharap mendapat materi dari para pembicara, meskipun mungkin pada akhirnya dilupakan dan tidak terbaca. 

 

Seperti apa seharusnya acara ilmiah neurologi dilangsungkan? Acara ilmiah seperti apa yang dirasa paling memberi manfaat? Dari sisi manakah perubahan akan dimulai, penyelenggara atau peserta? Pada saat adanya perubahan "sosiopolitik," ada banyak ruang untuk berpendapat, termasuk pendapat tidak perlu lagi adanya kewajiban mengikuti kongres, mukernas atau PIN hanya untuk memenuhi SKP.  Silahkan berpendapat, siapa tahu akan menjadi masukan berharga untuk pengurus PERDOSNI baru yang akan dilantik 😆 😍.