Selamat Datang di Dunia Neurovaskular & Neurointervensi

idik

idik

Tuesday 12 January 2021

Neurointervensi dan Dunia Sufi : Meruntuhkan Batu Bata

Di sebuah kampung gersang, seorang pemuda merindukan air. Dia mendapat kabar, bahwa di tepian kampung terdapat tembok tinggi, yang dibaliknya ada air mengalir dalam telaga jernih. Penduduk kampung ini, hanya bisa mendengar gemericik air, namun tak pernah melihat dan merasakan kesegaran airnya. 

 

Suara air yang terdengar, menjadikan sang pemuda ini ingin menghampirinya. Tak seorangpun pernah mencoba mendatanginya. Karena mereka merasa tak akan mampu melewatinya. 

 

Pemuda ini seorang perindu. Meskipun hanya mendengar suara air dari balik tembok, tak menyurutkan niatnya untuk berkunjung setiap hari. Suatu saat, karena kerinduan yang besar, sang pemuda mendekatkan telinganya, makin mendekat, makin keras bunyi aliran air, makin besar keinginannya untuk mencapainya.

 

Sang pemuda tahu, tak mungkin dia meruntuhkan tembok tebal ini. Maka, dia hanya mencoba meruntuhkan satu batu bata tembok yang paling atas. Saat batu bata itu jatuh di balik tembok, jatuh ke dalam telaga, terdengar suara air yang makin nyaring. Pemuda ini makin bersemangat menjatuhkan batu bata berikutnya. Makin banyak batu bata terjatuh, makin keras suara air terdengar, mengobati kerinduannya.

 

Suatu hari, semua batu bata itu akhirnya runtuh. Dengan mata berbinar ia menghambur menuju telaga. Kini, bukan hanya mendengar suaranya, ia meneguk dalam-dalam air telaga itu. Kesegarannya melebihi kesegaran air yang selama ini pernah diminumnya. Kesegaran yang terasa berlipat-lipat.

 

Demikianlah. Neurointervensi adalah kisah sebuah telaga. Telaga yang kala itu hanya terdengar cerita dan suaranya saja. Untuk mencapainya, ada tembok tebal menghalanginya. Namun, dengan kesungguhan dan keinginan kuat, tembok itu sudah dapat diruntuhkan. Kini, semua penduduk kampung dapat menikmatinya.

 

Dalam dunia sufi, indahnya kecintaan pada Tuhan telah disampaikan dalam kitab suci. Para Nabi dan ulama mengajarkannya. Namun, ada banyak manusia masih tidak merasakan indah dan nikmatnya cinta, walaupun mereka telah mendengar gemericik air cinta itu. Mereka enggan meruntuhkan tembok tebal, mereka enggan bersusah payah. Tembok tebal itu adalah gambaran nafsu pada diri manusia. Apabila satu persatu batu nafsu dijatuhkan, satu persatu keinginan duniawi dan profan dirobohkan, niscaya manusia akan dapat menghampiri Tuhan dan merasakan indahnya cinta dan manisnya keimanan. Demikianlah para sufi mengibaratkan.

2 comments:

  1. Indah nya. Kendalikan naf mu, jangan sebaliknya.

    ReplyDelete
  2. Strong hard....determination....conquer everything barricades us

    ReplyDelete