Di negeri seberang aku belajar—
setahun penuh, menanam harap, menajamkan tangan, membawa pulang ilmu yang kutimba dari jantung peradaban.
setahun penuh, menanam harap, menajamkan tangan, membawa pulang ilmu yang kutimba dari jantung peradaban.
Kupikir, sekembalinya aku, nasib pasien akan berubah, pembuluh darah yang buntu akan kembali mengalir.
Kupikir aku akan menjadi jawaban atas persoalan,
Ternyata aku hanya pulang pada sunyi.
Ternyata aku hanya pulang pada sunyi.
Cathlab itu berdiri megah di sudut rumah sakit— kilau logamnya masih perak, lampunya masih bening, nyaris tak pernah menyala.
Mesin mahal itu, bersolek seperti monumen harapan yang nyaris tak pernah disentuh takdir.
Sementara pasien menunggu, dengan mata penuh tanya: “Dok, kapan?” Pertanyaan yang tak sanggup kujawab, karena asuransi negeri tak sanggup membiayai.
Mesin mahal itu, bersolek seperti monumen harapan yang nyaris tak pernah disentuh takdir.
Sementara pasien menunggu, dengan mata penuh tanya: “Dok, kapan?” Pertanyaan yang tak sanggup kujawab, karena asuransi negeri tak sanggup membiayai.
Aku satu-satunya yang terlatih di kota ini, namun kedua tanganku seperti diikat janji-janji yang tak ditepati.
Beasiswa yang dulu membuatku terbang, kini terasa seperti sayap patah yang menusuk punggung sendiri.
Apa gunanya kecakapan bila tak berdaya membantu mereka?
Tahun ini, Hari Stroke Sedunia tak kutandai, tak kusambut, tak kusapa.
Merayakannya hanya membuatku menabur garam ke luka yang belum kering.
Setiap mendengar kabar sejawat di kabupaten lain melakukan prosedur demi prosedur, hatiku mengisut, mengecil, seperti daun yang kehilangan musim.
Merayakannya hanya membuatku menabur garam ke luka yang belum kering.
Setiap mendengar kabar sejawat di kabupaten lain melakukan prosedur demi prosedur, hatiku mengisut, mengecil, seperti daun yang kehilangan musim.
Memberi beasiswa, menyediakan Cathlab tanpa memastikan utilitasnya, adalah menaikkanku ke pucuk pohon tertinggi, hanya untuk kemudian mendorongku jatuh ke tanah paling keras di bawahnya.
Maka jangan sebut stroke akut dan aneurisma, jangan ceritakan keberhasilan prosedur di kota lain, lupakanlah saja.
Itu hanya menoreh luka yang lebih dalam, melingkari batin dengan kawat berduri.
Kini yang runtuh bukan hanya Cathlab itu, bukan hanya besi dan perangkat otomatis itu
Yang runtuh adalah asa, semangat yang dulu menyala seperti obor,
kini hanyut tanpa rasa, tanpa suara.
(World Stroke Day 2025)
No comments:
Post a Comment