Saat neurolog ditanya, berapa lama waktu hyperacute stroke? Ada yang menjawab waktunya sampai 4,5 jam, karena trombolisis menggunakan alteplase dibatasi waktu dibawah 4,5 jam. Ada yang menjawab waktunya sampai 6 jam, karena trombektomi dilakukan efektif dibawah 6 jam tanpa imejing tambahan. Belakangan ada yang menjawab sampai 24 jam, karena ternyata trombektomi memberikan manfaat sampai 24 jam. Jadi berapa lama batasan yang benar?
Definisi berdasarkan waktu ini berpotensi akan berubah. Substansi dari definisi ini adalah bahwa stroke dikatakan hyperacute apabila masih dapat dilakukan tindakan agresif yang memberikan manfaat pada pasien. Saat ini mulai bermunculan evidences yang menunjukkan manfaat trombektomi lebih dari 24 jam. Apakah kemudian definisi hyperacute stroke dapat melebihi 24 jam, lalu berapa lama?
Pada 2015, Canadian Stroke Best Practice Recommendation (CSBPR) telah menyatakan definisi hyper acute stroke ini. Menariknya, definisi ini ada sebelum muncul evidence bahwa trombektomi bermanfaat sampai 24 jam. Pada 2015, trombektomi hanya direkomendasikan pada kurang dari 6 jam.
Menurut CSBPR, hyperacute stroke care specifically refers to the key interventions involved in the assessment, stabilization and treatment in the first hours after symptom onset.
This includes assessment, diagnosis with the support of early neurovascular imaging, thrombolysis or endovascular interventions for acute ischemic stroke, emergency neurosurgical procedures, and same-day TIA risk stratification and diagnostic evaluation.
Broadly speaking, ‘hyperacute’ refers to care offered in the first 24 h after stroke (ischemic and haemorrhagic) and the first 48 h after TIA.
Pada 2017, definisi dari Australia (Stroke Recovery and Rehabilitation Roundtable taskforce-SRRR), membagi stroke menjadi: hyperacute (24 jam), acute (1-7 hari), early subacute (7 hari-3 bulan), late subacute (3-6 bulan) serta chronic (> 6 bulan). Pembagian ini berdasarkan berjalannya proses kematian sel, inflamasi, plastisitas endogen, dan perbaikan fungsi.
Apabila substansi dari definsi hyperacute stroke adalah agresifitas intervensi (khususnya reperfusi pada oklusi pembuluh darah), maka batasan dapat menggunakan time-based maupun tissue-based.
Penggunaan MRI/MRA di IGD telah banyak dilakukan, khususnya di private hospital di Indonesia. MRI/MRA memungkinkan batasan hyperacute stroke lebih dari 24 jam. DWI/FLAIR mismatch dan DWI- Perfusion mismatch dapat menunjukkan area otak yang mendapat manfaat dengan intervensi. Bukankah pada wake-up stroke masih bisa diberikan trombolisis sampai 9 jam dengan DWI/FLAIR mismatch pada MRI.
Pendekatan time-based lebih murah. Pendekatan tissue-based memerlukan modalitas diagnosis lebih canggih dan mahal. TIME is Still Brain.