Selamat Datang di Dunia Neurovaskular & Neurointervensi

idik

idik

Tuesday 18 August 2020

The 24th Zurich Course 2016, no more ?



Dari banyak pertemuan ilmiah tentang interventional neuroradiology, ada satu pertemuan ilmiah yang memiliki kesan sangat mendalam dan belum tergantikan, Zurich Course. Meskipun mungkin ada pertemuan ilmiah serupa, namun tak akan pernah sama. Sejarah neurointervensi di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari Zurich, awal mula dimana sumber air mengalir. Dalam dunia pesantren dikenal keilmuan yang “bersanad,” yaitu tatkala transmisi ilmu dari satu individu ke individu yang lain diberikan dengan jalan “pendelegasian” kompetensi. Seseorang boleh mengamalkan ilmu yang didapatnya apabila telah dianggap layak dan setelah mendapat ijin dari sang guru. 

 

Cerita tentang “Zurich Phylosophy” selama ini banyak dituturkan oleh Prof. Shakir Husain, guru dari hampir semua neurointervensi Indonesia. Lebih dari itu, filosofi ini juga dituturkan langsung dari presentasi Prof. Valavanis, sang pioneer dan pencetus Zurich course, dalam beberapa kali acara Delhi Course. 

 

Dalam banyak kesempatan Prof. Shakir menyampaikan kesannya tentang Zurich course kepada para fellow beliau. “Ilmu yang di bahas dalam Zurich course adalah ilmu yang tidak kita dapatkan di textbook saat ini, dia baru ada dalam textbook beberapa tahun nanti,” demikian menurut beliau. “ Memang faktanya demikian. Kami mulai membaca banyak konsep yang disampaikan oleh Prof. Valavanis setelah beberapa tahun berikutnya, yaitu tatkala para murid beliau menuliskannya dalam chapter sebuah buku atau dalam artikel di beberapa jurnal.

 

Apabila kita mengikuti presentasi Prof. Valavanis, hampir tidak pernah kita mendengar analisa statistik yang ‘njilmet’ dan susah dipahami. Beliau menyampaikan konsep secara mengalir bak air jernih yang segar. Meski tanpa angka-angka statistik, tidak ada yang meragukannya, karena semua mengakui bagaimana kualitas kerja beliau, yang tepat, presisi dan tidak bias. 

 

Konsep beliau tentang Brain AVM, belum pernah disampaikan di pertemuan ilmiah oleh pembicara manapun, selain oleh beliau sendiri dan para fellow beliau. Konsep ini akan lebih mudah dipahami apabila kita membaca dengan teliti konsep Prof. Yasargil dalam buku beliau Microneurosurgery. 

 

Prof. George Rodesch, dalam Gala Dinner Delhi Course 2019 mengungkapkan, Zurich Course adalah pertemuan ilmiah yang unik. Memiliki kualitas ilmiah yang sangat berbobot. Beliau bersama Prof. Timo Krings, Prof. Shakir, Prof. Tanaka, Prof. Kollias, Prof. Atlas, dan Prof. Naidich merupakan pembicara yang memberikan materi pada Zurich Course 2016. Pada Zurich course ini, pembahasan didahului dengan aspek diagnostic selama 2,5 hari, dan sisa 3,5 hari diisi dengan aspek interventional.

 

Prof. Luc Picard juga mengungkapkan dalam pidato penyerahan Medali Anton Valavanis 2019, setidaknya ada tiga pertemuan ilmiah neurointervensi yang merupakan pondasi neurointervensi, yaitu Zurich Course, ABC Win Seminar, dan Master in Neurovascular Mahidol University yang di gagas oleh Prof. Lasjaunias.

 

Bagi kami, mengunjungi Zurich berarti meneliti fakta, cerita, dan merasakan suasana ilmiah luar biasa. Acara ilmiah yang mungkin sulit dicerna itu, dikemas dengan cara sederhana dan elegan. Masih basah dalam ingatan bagaimana Prof. Valavanis menyampaikan salah satu lecture-nya tentang “Enchephalocentrism dan Cardiocentrism pada stroke.” Gambaran tentang dunia nyata interventional neuroradiology.

 

Sayangnya, tahun 2016 sepertinya adalah event terakhir Zurich Course. Beruntung sekali berkesempatan hadir, menyaksikan lecture demi lecture, dan menyaksikan bagaimana Prof. Valavanis memberikan sambutan pada Gala Dinner. Sambutan tersebut menandai kiprah beliau yang panjang dan kini memasuki masa usia pensiun.

 

Meskipun telah berlalu 4 tahun lalu, dalam hati kecil masih ada harapan agar Zurich Course kembali hadir. Semoga kehadiran Prof. Shakir Husain di Zurich, dimana beliau saat ini menjadi salah seorang klinisi di University Hospital Zurich, akan mampu mewujudkan kembali pertemuan ilmiah bersejarah itu. 

No comments:

Post a Comment