Selamat Datang di Dunia Neurovaskular & Neurointervensi

idik

idik

Tuesday, 24 December 2013

Renungan akhir tahun 2013 : “Menggugat” niat dokter....”Menggugat” diri sendiri......

Ketika seorang dokter berniat untuk belajar, katakanlah menjadi fellow neurointervensi, maka yang pertama kali harus dia lakukan adalah “menggugat” niat-nya sendiri. Jiwa mana yang akan dia bawa untuk berangkat fellow ? Jiwa yang mencintai ilmu kedokteran, jiwa yang mengakui kekurangan dan merindukan tercapainya tatalaksana optimal untuk penderita , ataukah jiwa menggebu yang hendak “memperalat” ilmu demi status baru sebagai manusia yang gila hormat dan sanjungan ? Ataukah sekedar memperpanjang gelar yang kita sandang ? atau bahkan untuk tujuan yang sangat profan, meningkatkan taraf hidup yang sebenarnya secara mendasar sudah terpenuhi ?

Pertanyaan yang sama dapat ditanyakan bagi sejawat yang sedang mengambil spesialisasi, sejawat yg akan menempuh S3, dan sejawat yang berkeinginan menjadi Guru Besar, bahkan dapat ditanyakan kepada semua insan “penuntut” ilmu.

Niat memiliki implikasi yang luar biasa. Semua aktivitas seorang dokter dan ilmuwan sangat dipengaruhi oleh niat dan motif  yang ada dalam dirinya. Ketika seorang dokter dan ilmuwan memiliki kecenderungan praktek di luar standar medis, maka sudah waktunya dia dan kita melakukan kritik serta otokritik dan menanyakan kembali niat dibalik aktivitas praktek di luar standar tersebut. 

Suatu prosedur apapun, tindakan bedah, neurointervensi atau tatalaksana medis dapat dirunut kembali niat dan motif-nya. Menilai aktifitas dapat dimulai dari awal mula seorang dokter memutuskan untuk melakukan pemeriksaan diagnostik, misalnya meminta MRI kepala atau serebral DSA, melakukan tatalaksana medis atau sampai pada prosedur operatif Bedah Saraf yang sifatnya invasif. Benarkah pasien memerlukan pemeriksaan dan tindakan tersebut ?

Biarlah kemudian kita melakukan otokritik, adakah aktivitas tersebut benar menguntungkan pasien atau menguntungkan dokter, atau menguntungkan keduanya ? pernahkan kita melakukan suatu aktivitas medis yang sebenarnya tidak memiliki nilai manfaat bagi pasien namun semata-mata memiliki manfaat bagi diri kita sendiri ? 

Akhir tahun ini menjadi momen yang pantas bagi kita untuk melakukan otokritik setelah dunia kedokteran Indonesia baru saja babak belur akibat masalah hukum dan polemik yang tidak berkesudahan. Otokritik akan dapat menyegarkan kembali jiwa kita sebagai dokter, yang sebenarnya hanyalah seorang hamba, yang tugasnya mengabdi pada Allah dan berkhidmat bagi umat manusia.


“Maksud agung” dari suatu prosedur medis adalah memberikan tatalaksana optimal dan paripurna untuk semata-mata meringankan beban penderita, baik berupa kuratif maupun paliatif. Oleh karenanya, jika direncanakan suatu prosedur medis (yang mengatasnamakan membantu penderita) dan kenyataannya bukan meringankan namun membebani pasien dan keluarganya, maka sesungguhnya rencana prosedur tersebut telah menyalahi “Maksud agung” sebenarnya. 

No comments:

Post a Comment