Hibrida merupakan hasil dari dua buah persilangan yang
menghasilkan sesuatu yang unggul. Kultur Hibrida dalam Neurointervensi
memberikan pengertian bahwa ilmu ini dikembangkan dari dua latar belakang keilmuan
yang berbeda dan menghasilkan ilmu atau pemahaman baru yang mencerahkan.
Pierre Lasjaunias, merupakan pendekar neurointervensi yang
menggabungkan dua keunggulan ini. Seorang anatomist murni yang juga pakar dalam
interventional neuroradiology. Kepakarannya akan anatomi begitu “dahsyat,” sehingga
mampu menjelaskan bagaimana evolusi dan embriologi vaskuler terjadi, bagaimana
dampak terhadap perjalanan alamiah suatu penyakit. Semua neurointerventionist
dunia berhutang pada Lasjaunias. Bukunya “Surgical Neuroangiography” dalam tiga
volume merupakan masterpiece yang kontribusinya bagi neurointervensi tidak
terbantahkan. Lihatlah, bagaimana kultur hibrida ini mampu “menciptakan”
konsep, filosofi dan jika tidak berlebihan adalah suatu “ilmu” baru. Lasjaunias
adalah pembaharu dalam Neurointervensi. Wafat pada tahun 2008, menjadikan
neurointerventionis dunia benar-benar kehilangan sosok seorang guru, teman dan
sejawat yang mengagumkan.
Adnan I. Qureshi, adalah nama pendekar berikutnya. Latar
belakangnya sebagai seorang Neurolog membuat Qureshi memahami persis bagaimana
kondisi klinis dan tatalaksana yang diperlukan oleh seorang pasien.
Ketertarikannya akan Neuroimejing, membuat dia menjadi salah satu pioneer dalam
bidang ini. Kontribusinya dan kepakarannya dalam Neuroimejing menempatkan Qureshi
sebagai salah seorang Neurolog yang memiliki kontribusi besar dalam
perkembangan Neuroimejing, terutama di USA. Lihatlah Journal of Neuroimaging
yang merupakan salah satu journal unggulan, telah begitu banyak kontribusi
telah diberikan Qureshi untuk journal tersebut.
Ketertarikannya akan Neuroimejing mengantarkan Qureshi untuk
menekuni Neurointervensi. Dan disinilah dia menemukan dunianya. Qureshi
menemukan konsep dan klasifikasi baru dalam penanganan pasien-pasien stroke
(Qureshi grading scale) dan juga klasifikasi baru untuk spinal vascular
malformation. Dua bukunya yang saat ini dijadikan acuan oleh
neurointerventionist adalah “Textbook of Interventional Neurology” dan “Atlas
of Interventional Neurology.” Disamping sangat produktif menulis dalam berbagai
journal, Qureshi juga mencetak banyak neurointerventionist baru. Journal
Vascular and Interventional Neurology (JVIN) serta annual meeting International
Congress of Interventional Neurology (ICINEURO) yang digagasnya merupakan
kontribusi besarnya yang diberikan untuk Neurointerventionist dunia.
Qureshi menggabungkan kemampuan klinisi, kepakaran
neuroimaging dan keterampilan intervensi. Hal ini menjadikannya seorang
Neurointervensionist terkemuka dan merupakan inspirasi bagi neurolog-neurolog
muda yang tertarik dengan Neuroimaging dan Neurointervensi.
Akan kita tunggu pakar Neurointervensi dengan kultur Hibrida
lainnya, yang diharapkan akan mampu menggambar dunia neurointervensi secara
lebih berwarna. Terimakasih dan salam penghormatan patut diberikan pada dua
Pendekar diatas atas semua kontribusinya pada ilmu pengetahuan dan umat manusia.