Vertigo merupakan terminologi neurologi. Dapat memiliki
etiologi perifer, atau disebabkan gangguan sentral akibat stroke serta gangguan
pembuluh darah otak, terutama sirkulasi posterior. Bahasa awamnya pusing tujuh
keliling dalam arti sebenarnya.
Termasuk kategori manakah vertigo kultural ? tentu saja bukan
keduanya.
Alkisah, seorang petani berniat menjual sekarung penuh gandum
ke desa tetangga yang cukup jauh dari desanya. Untuk tujuan itu, dia membawa
seekor keledai. Dia naikkan sekarung penuh gandum itu ke atas punggung keledai,
diapun menarik keledai itu sambil berjalan menuju tujuan. Dalam perjalanan, sekarung
gandum itu tampak beberapa kali terjatuh dan beberapa kali pula dia
menaikkannya kembali. Karena kelelahan, petani tersebut memutuskan untuk
beristirahat di bawah pohon yang dia lewati.
Mendekati pohon yang dimaksud, tampak seorang lelaki tua yang
juga tengah beristirahat di bawah pohon. Lelaki itu tampak dekil, berbaju lusuh
dengan sepatu robek diujungnya. Kemudian keduanya terlibat percakapan. Tampak
sang petani mulai kagum pada laki-laki tersebut, ternyata lelaki tersebut
mengetahui banyak hal yang tidak dia ketahui.
Mereka lalu melanjutkan percakapannya,
“Apa yang engkau bawa didalam karung itu ?” tanya lelaki
tersebut.
“Sekarung penuh gandum,” jawab sang petani.
“Aku lihat berkali-kali gandum itu jatuh dari punggung
keledai,” kata lelaki tua tersebut.
“Benar, aku telah berulangkali menaikkannya saat gandum
tersebut jatuh dari punggung keledai,” Sahut petani.
“Mengapa tidak engkau bagi gandum itu sama banyak menjadi
dua karung, diikat dan dinaikkan keduanya pada punggungnya dikanan-kiri,
sehingga tidak akan jatuh lagi ?” saran lelaki tua itu.
“Wow...,luar biasa sekali ide ini, bahkan aku belum sempat
memikirkannya,” ucap si petani.
Maka, bertambah kagumlah petani tersebut akan lelaki tua
ini. Dia bukan hanya tahu banyak hal, namun juga mampu memberikan saran yang
dapat memecahkan masalahnya.
Namun, mengapakah lelaki ini demikian dekil, lusuh dan
tampak tidak terawat ? akhirnya dia tanyakan pertanyaan yang dia pendam dalam
hatinya.
Lelaki tua ini menjawab, “ Benar sekali, ilmu pengatahun
yang aku dapat selama ini selalu memenuhi otakku, terus menerus aku mengambil
dan menumpuknya, namun ternyata semua itu membuat aku semakin pusing
berputar-putar dan hanya membuat kepalaku penuh.”
Sang petani seketika berdiri dan berkata seraya meninggalkan
lelaki tua itu, “biarkankanlah aku seperti ini saja, biarlah pengetahuanku sedikit
namun dapat memberikan kehidupan kepadaku,” aku tidak ingin kebingunganmu
menular padaku.
Inilah yang disebut vertigo kultural. Vertigo akibat
missmatch antara informasi sensoris yang
masuk dengan interpretasi oleh otak. Maka terjadilah pusing berputar-putar dan
gangguan keseimbangan. Ilmu pengetahuan yang didapat ternyata hanya untuk ilmu
saja, tidak dapat diaplikasikan oleh pemiliknya.
Berapa banyakkah sarjana dan ilmuwan yang mengalami vertigo
kultural semacam ini ? ilmunya selangit, namun gamang dan tidak dapat
memberikan manfaat bahkan bagi dirinya sendiri.
Kisah diatas disarikan dari Jalaluddin Rumi (the dancing sufi) dalam kitab Matsnawi,
sebagai pelajaran bagi semua, agar ilmu seyogyanya dapat diamalkan, minimal
membawa manfaat bagi pemiliknya.
No comments:
Post a Comment