Selamat Datang di Dunia Neurovaskular & Neurointervensi

idik

idik

Monday 21 March 2022

Neurointervensionis (Nevi) Koboi

“If you want to find out the true worth of a man, give him a little power.” (Aristotle) 

Dalam suatu diskusi hangat di sebuah pertemuan ilmiah, Prof. Shakir Husain, guru dari para Nevi, menyampaikan bahwa, adanya ledakan jumlah Nevi saat ini, potensial memunculkan Neurointervensionis Koboi. Dalam kamus oxford, coboy di artikan sebagai a person who is reckless or careless, especially when driving an automobile. Dalam arti sederhana, seseorang yang sembrono atau ceroboh dalam berkendara. Dalam konteks prosedur Nevi, koboi adalah operator yang melakukan prosedur secara serampangan dan tidak mengikuti konsensus, guideline atau evidences base. Atau seorang operator yang melakukan prosedur di luar prasayarat kompetensi, melakukan prosedur mandiri dengan tingkat kesulitan tinggi yang belum pernah dilakukannya, hanya observasi atau asistensi selama pendidikan fellowshipnya.

 

Contoh paling sederhana adalah soal pemilihan dan indikasi prosedur. Apabila sudah di kemukakan dalam evidences base bahwa melakukan prosedur intracranial stenting pada lesi dengan kualifikasi Mori C memiliki kemungkinan komplikasi yang tinggi, dan prosedur tersebut tetap “nekad” dilakukan, inilah Koboi. Lebih-lebih yang bersangkutan belum pernah melakukan prosedur stenting intracranial. 

 

Contoh lain adalah pada prosedur coiling aneurysma. Tidak semua prosedur coiling aneurysma sama. Coiling memiliki kesulitan yang bertingkat-tingkat. Tergantung morfologi aneurysma, lokasi, ukuran dan apakah memerlukan assisted stent/balloon atau tidak. Dimulai dari tingkat kesulitan terendah adalah coiling pada aneurysma dengan neck kecil dan akses mudah, seperti aneurisma pada P.com atau Basiler Top. Kemudian meningkat kesulitannya pada aneurysma pada A.com atau MCA dengan neck kecil. Selanjutnya, tingkat kesulitan lebih tinggi pada coiling yang memerlukan device lain seperti stent/balon atau tehnik double microcatheter. Makin banyak device dimasukkan, makin tinggi tingkat kesulitan dan risiko komplikasi. Level kesulitan lebih tinggi lagi pada giant aneurysma yang memerlukan flow diverter, terutama yang berlokasi pada distal vessel, seperti pada cabang MCA atau ACA.

 

Contoh berikutnya prosedur embolisasi Brain AVM. Komplikasi yang ditimbulkan selama prosedur embolisasi kebanyakan akibat kurang pahamnya operator akan angioarsitektur dan penggunaan bahan embolan. Perdarahan durante prosedur dan defisit neurologis akibat iskemia paska prosedur adalah hal yang tidak jarang ditemui. Georges Rodesch, fellow dari Prof. Lasjaunias, interventional neuroradiologist dari Paris, selalu mengingatkan: “Adapt the technique/devices to the disease, not disease to the technique/devices.” Maka, janganlah hanya karena “bahan embolan tertentu” yang secara tidak etis “harus” dipakai operator, lalu segala bentuk Brain AVM di embolisasi dengan bahan tersebut. Selanjutnya, Rodesch mengingatkan bagaimana seorang Nevi bersikap terhadap inovasi device baru, agar melihat Luc Picard," If he was interested in new technological innovations, he used them in a reasoned way so as to adapt them to the disease he had decided to treat, without ever letting himself be overtaken by them."

 

Pesan paling akhir untuk Nevi dari para senior tersebut adalah,”Jangan sekali-kali melakukan prosedur dengan indikasi pertimbangan kapital.” Jangan hanya karena soal jasa yang menguntungkan operator lalu indikasi prosedur dilonggarkan, semua prosedur dilakukan pada pasien dengan pertimbangan menguntungkan operator dan rumah sakit. Maka, jika ini dilakukan, akan menjadi bencana dikemudian hari. Seandainya ada prosedur yang sebenarnya bukan indikasi, kemudian terjadi komplikasi, lalu menjadi masalah hukum yang disidangkan, tentu akan menjadi beban berat bagi yang bersangkutan maupun organisasi profesi. Jika tidak terjadi komplikasi, bahaya ada pada sisi spiritualias, dimana rizki yang didapatkan menjadi tidak berkah, dan tentu ukuran ini adalah ukuran yang sebenarnya jauh lebih penting dan substansial bagi insan beriman. Bukankah “Ad-dun-ya, ra’su kulli khatii’aat?” Cinta dunia merupakan biang setiap kerusakan.

 

Maka, adalah sebaiknya kita mengikuti nasihat dan jalan para senior, guru-guru yang sudah malang melintang di dunia neurointervensi. Menjadi Koboi adalah pilihan individual. Tetapi, membangun neurointervensi dalam koridor keilmuan dan kemanusiaan universal adalah kewajiban semua Nevi.

No comments:

Post a Comment