Manifestasi aneurysmal rupture sebagian besar berupa
SAH, namun dapat berupa ICH atau kombinasi keduanya. Ketika diagnosa intracranial
ruptured aneurysma telah ditegakkan dengan MRA, CTA, maupun DSA, maka pilihannya
adalah melakukan terapi/oklusi pada aneurysma tersebut as soon as possible.
Jika tidak, kemungkinan re-rupture dalam 6 bulan pertama sebesar 40%,
dan mortalitas akibat re-rupture adalah 50%.
Dikotomi terapi aneurysma yang umum kita ketahui adalah Coiling
Vs Clipping, Coiling dengan teknik neurointervensi atau Clipping dengan
open surgery. Dalam neurointervensi, prosedur coiling dianggap prosedur yang masih
relatif mahal. Namun, oklusi aneurysma dengan teknik neurointervensi tidak
selalu menggunakan coil, dalam kondisi tertentu dapat digunakan glue
(NBCA:Lipiodol), yang lazim digunakan untuk embolizasi AVM atau Dural Fistula.
Berikut adalah contoh oklusi aneurysma menggunakan glue.
Oklusi aneurysma dengan glue dapat dilakukan pada aneurysma yang berlokasi pada
cabang perifer, dimana oklusi pembuluh darah distal dari aneurysma diprediksi
tidak menyebabkan disabilitas berat. Keuntungan oklusi aneurysma dengan glue
adalah biaya yang murah dan occlusion rate mendekati 100%.
Seorang wanita, 33 tahun dengan ICH pada temporo-parietal dengan minimal SAH. Pasien
mengalami sligth hemiparesis, dan hemisipestesi ringan serta nyeri kepala
berdenyut yang masih sering muncul. Setelah perawatan fase akut, dikirim untuk
DSA karena curiga adanya etiologi vaskuler. Pada DSA ditemukan distal dissecting
(fusiform) aneurysma pada cabang posterior parietal dengan ukuran sekitar 11 x
8 mm. Pada dissecting (fusiform)
aneurysm, neck tidak dapat diidentifikasi dengan jelas, sehingga oklusi
aneurysma berarti oklusi pada cabang pembuluh darah distalnya dengan tehnik
apapun.
Diputuskan
embolisasi dengan glue (NBCA:Lipiodol) dengan
pertimbangan biaya. Apabila dilakukan coiling, coil yang dibutuhkan bisa
8-10
coil mengingat ukuran aneurysma yang cukup besar. Biaya yang dibutuhkan
cukup mahal. Dengan menggunakan glue, biaya hanya sekitar seperlima dari
biaya
coiling. Efek disabilitas pasca oklusi juga tidak akan banyak berbeda
antara
coiling dan glue-ing, mengingat keduanya mengorbankan pembuluh darah
distalnya,
yaitu berupa hemihipestesi akibat oklusi pada pembuluh darah posterior
parietal, dimana teritori ini sebagian telah mengalami kerusakan akibat
ICH. Evaluasi angiografi setelah oklusi tampak kolateral dari ACA mengisi teritori a.posterior parietal (cabang MCA) yang mengalami oklusi.
Ada
Rotan-pun, Akar masih Berguna...................................
Pasca
embolisasi tidak ada defisit neurologis yang signifikan, hemihipestesi sedikit
bertambah, nyeri kepala sama sekali menghilang.