Selamat Datang di Dunia Neurovaskular & Neurointervensi

idik

idik

Friday, 8 February 2019

Sir...

Sir, demikian kami memanggilnya. Sosok yang belum berubah, meskipun bertahun-tahun kami mengenalnya. Kemarin, baru saja kami bersua. Tetap terlihat cerdas, tegap dan gesit. Rambutnya memang rata memutih.  Namun, gaya bicara runtut, argumentatif dan berisi, selalu menarik untuk di simak. Ide-idenya acak tak mudah di tebak. Pemikirannya meloncat jauh ke depan, memaparkan arah dan kemungkinan peluang masa mendatang.

Sir, demikian kami memanggilnya, sosok penuh perhatian, selalu menanyakan kabar muridnya, satu-persatu, tak pernah ada yang terlupa. Raut bahagia terpancar, tatkala kabar baik menyapa. Senantiasa mendengar tiap cerita dan begitu kuat mengingatnya.

Sir, demikian kami memanggilnya, sosok yang tak mudah kami pahami. Sosok guru fenomenal yang melampaui zaman. Berbicara pada kami, selalu berapi-api, membakar semangat, melecut impian. Awal mula, idenya seperti mimpi, namun apa yang disampaikan bertahun lalu, yang seolah maya, saat ini menjadi nyata.

Sir, demikian kami memanggilnya. Sungguh bersyukur masih dapat menjabat tangannya. Tangan yang mengajari kami, melakukan gerakan-gerakan terampil di kamar operasi. Sungguh bersyukur masih bisa mendengar petuah-petuahnya. Petuah yang menjadikan kami tegak berdiri. Sungguh bersyukur masih bisa melihat beliau beraksi, berdiri disamping beliau untuk asistensi operasi. Gerakan, gesture, aksi, sungguh masih belum berubah, malah makin matang dan terukur. Refleks dalam menganalisa setiap temuan selama operasi, sungguh refleks grand master kelas dunia.

Sir, sosok kontroversial. Pecintanya mungkin sebanyak pencelanya. Kawannya mungkin sebanyak oposannya. Namun, teman saya berkata, itulah tanda sosok genius. Senantiasa membuat sekitarnya menjadi terkutub dua. Ada yang pro dan kontra. Jika Anda merasa genius, namun tidak demikian adanya, maka Anda bukanlah genius yang sesungguhnya.

Sir, bukan guru biasa, guru yang menginspirasi, guru yang membuat tanah hitam yang kami genggam menjadi emas. Kami coba cari dan teliti, apakah yang menjadi kunci ? salah satu kunci terbesar kesuksesannya adalah rasa hormat dan cintanya pada Sang guru.  Dan sungguh, Sang gurupun mencintainya. Betapa keliru jika kami tidak mengikuti jejaknya.

Sir…….., dimanapun Engkau, do’a kami semua senantiasa menyertai. Semoga Allah mencintaimu sebagaimana Engkau mencintai kami, para muridmu.