TATAM (Transvenous Approach for the Treatment of Cerebral Arteriovenous Malformations), sebuah studi yang membandingkan embolisasi melalui transvenous (TVE) dan transarterial (TAE). Baru saja dipublikasikan di Stroke, 2025. Kesimpulannya, TVE lebih efektif dari TAE dalam hasil evaluasi angiografi 3 sampai 6 bulan. Morbiditas kedua modalitas ini sama-sama tinggi. Kesimpulan yang sungguh menimbulkan tanda tanya besar.
Kesimpulan adalah usaha untuk menjawab hipotesis pada studi ini, yaitu bahwa TVE (+/- TAE) akan meningkatkan complete angiographic occlusion rate sebesar 40% sampai 80%. Hipotesis yang disampaikan pada studi ini seharusnya dibuat dengan lebih hati-hati. Karena saat berusaha memaksa untuk mencapai complete occlusion, risiko komplikasi sudah didepan mata.
TATAM mensyaratkan operator yang mengikuti penelitian ini adalah operator yang telah melakukan TVE >20 kali, dan jika operator melakukannya < 20 kali, maka akan dilakukan pendampingan untuk 5 kasus pertama. Senter dimana operator bekerja telah melakukan > 100 prosedur terapi intervensi dalam setahun. Tidak ada persyaratan yang menyebutkan berapa banyak BAVM yang telah ditangani oleh operator dan bagaimana hasilnya. BAVM tidaklah sama dengan kelainan neurovaskuler yang lain, ia memerlukan pemahaman detail dan jam terbang prosedur yang tinggi. Apabila operator tidak ahli dalam TAE maka dapat dipastikan akan mengakibatkan banyak komplikasi saat TVE.
Berkaitan dengan tingginya morbiditas, bagaimanakah sesungguhnya seleksi pasien dilakukan? TATAM memilih pasien berdasarkan ukuran nidus AVM < 3 cm, prediksi curative embolisasi dapat dikerjakan dengan satu atau dua tahap. Tidak disebutkan tipe AVM secara topografi (sulcal, gyral, mixed type, deep dan sebagainya). Padahal Anton Valavanis sudah menjelaskan bahwa tipe sulcal dan gyral saja memiliki angka complete occlusion yang berbeda (sulcal 60% dan gyral 12.5%). Complete occlusionpada studi ini adalah TVE 83% dan TAE 59%, namun dengan angka komplikasi serius sebesar 34% vs 41%. Definisi komplikasi serius pada studi ini adalah prolonged hospitalization, required hospitalization, or any life-threatening event berkaitan dengan AVM atau AVM treatment. Angka kematian 3% (1/35) pada TVE vs 9% (3/34) pasien pada TAE. Maka, bandingkanlah dengan laporan dari Zurich yang semua adalah TAE pada 644 pasien. Angka mortalitas dan morbiditas masing-masing 1.3% (Valavanis A et.al, 2004).
Studi TOBAS (The Treatment of Brain AVMs Study, 2023), dapat menjadi pembanding yang lain. TOBAS menggunakan TAE, namun juga memiliki komplikasi serius sebesar 26%, dan sebagian besar adalah akibat perdarahan. TATAM dan TOBAS menggunakan EVOH hampir pada sebagian besar prosedurnya, sedangkan Valavanis menggunakan Glue.
Dengan demikian, tampaknya, BAVM bukan merupakan penyakit neurovaskuler yang mudah untuk dijadikan subyek studi. Tipe, lokasi, angioasitektur BAVM memerlukan pemahaman detail dan persiapan preprosedur yang optimal. Terapi BAVM memerlukan kepakaran. Studi yang dilakukan oleh satu senter seperti Zurich, tampaknya sulit di duplikasi oleh senter lain. Studi multisenter memerlukan protocol, tehnik dan kualitas operator yang sebanding. Tidak sekedar menutup nidus, karena akhirnya menyebabkan komplikasi. Studi yang tidak didesain dengan baik, akan merusak konsep embolisasi BAVM. Terapi BAVM dengan filosofi Zurich oleh Valavanis terlihat lebih efektif dengan komplikasi minimal dabanding TOBAS dan TATAM. Bagaimanan menurut anda?